
5 Fakta Krisis Energi Eropa hingga Seret Rusia

Jakarta, CNBC Indonesia - Krisis energi di Eropa kian gawat. Harga gas alam yang melonjak membuat jutaan orang yang tinggal di blok tersebut terancam tidak memiliki akses listrik yang mumpuni selama musim dingin nanti.
Analis kebijakan publik di lembaga transisi energi Regulatory Assistance Project mengatakan jutaan warga di benua Eropa diprediksi mengalami pemutusan jaringan karena tak mampu membayar tagihan yang membludak.
Lalu mengapa hal ini dapat terjadi? Berikut lima fakta mengenai krisis energi di Eropa, sebagaimana dilansir dari Euro News.
Naiknya Harga Gas Alam
Harga gas alam di Eropa enam kali lebih tinggi dari tahun lalu dan sekitar empat kali lebih tinggi dari musim semi lalu. Ini disebabkan meningkatnya permintaan secara global ketika banyak negara mulai kembali roda perekonomian mereka dan keluar dari lockdown terkait pandemi.
Musim dingin yang lebih panjang tahun lalu dan persaingan dari negara-negara Asia Timur untuk gas juga mempengaruhi kenaikan harga. Sementara itu ada juga masalah di ujung pasokan.
Masalah muncul akibat perawatan yang tertunda dan investasi yang lebih sedikit dari biasanya. Harga gas ini pada gilirannya menentukan harga di pasar listrik, karena lebih dari seperlima listrik Eropa berasal dari gas alam.
Impor Gas Alam dari Rusia
Uni Eropa (UE) sangat bergantung pada impor gas alam yang datang dari luar blok, karena produksi dalam negeri menurun. Data kantor statistik Eurostat memaparkan UE harus mengimpor hampir 90% gas alamnya dari luar blok pada 2019.
Rusia adalah pengekspor gas alam terbesar ke dalam blok tersebut, mewakili setidaknya 43,4% impor dari luar Uni Eropa pada tahun 2020, diikuti oleh Norwegia.
Terkait krisis ini, Eropa juga mulai menyalahkan Rusia. Parlemen Eropa telah menulis surat yang "menuduh" perusahaan Rusia, Gazprom, memanipulasi harga gas. Dalam surat tuduhan itu, para anggota parlemen itu menyebut bahwa berkurangnya aliran gas merupakan upaya Moskow untuk menekan Eropa agar mau mengaktifkan pipa gas Nord Stream 2.
Pipa gas Nord Stream 2 yang menjalar dari Rusia ke Jerman melalui Laut Baltik itu merupakan salah satu proyek antara kedua negara yang telah diselesaikan. Namun Jerman menolak aktivasinya akibat adanya sanksi dari mitra strategis UE, Amerika Serikat (AS), terhadap Rusia.
Presiden Rusia Vladimir Putin pasang badan soal ini. Ia menuding balik Eropa, yang disebutnya membuat kesalahan dengan mengurangi kesepakatan jangka panjang terkait perdagangan gas alam dan memilih membelinya di pasar spot.
Halaman 2>>