Jokowi Siap Garap 'Harta Karun' Terbesar RI, Ini Rencananya

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
06 October 2021 08:10
aluminium
Foto: REUTERS/Ilya Naymushin

Selain menambah smelter alumina, pemerintah juga menargetkan setidaknya ada tambahan kapasitas pabrik aluminium di Tanah Air. Pasalnya, kini baru PT Inalum (Persero) yang memproduksi aluminium sekitar 250 ribu ton per tahun. Sementara kebutuhan logam aluminium di dalam negeri mencapai sekitar 1 juta ton per tahun.

Karena masih minimnya pasokan dalam negeri, maka selama ini RI masih mengimpor sekitar 748 ribu ton logam aluminium per tahun.

Guna menekan impor logam aluminium tersebut, maka Sunindyo mengatakan pemerintah perlu mengundang investor untuk membangun pabrik aluminium di dalam negeri.

"Pengembangan industri fabrikasi aluminium diperlukan untuk mengurangi nilai impor yang mencapai US$ 890 juta atau sekitar Rp 12,7 triliun pada tahun 2020," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, dikutip Jumat (01/10/2021).

Menurutnya, nilai impor komoditas aluminium didominasi oleh produk dari industri fabrikasi dan manufaktur, khususnya aluminium plat/lembaran.

"Oleh karena itu, diperlukan pembangunan pabrik plat/lembaran aluminium sebagai langkah substitusi impor," lanjutnya.

Dia mengatakan, setidaknya diperlukan tambahan pabrik logam aluminium baru berkapasitas 3 x 250 ribu ton aluminium per tahun. Adapun nilai investasi untuk menambah smelter baru ini menurutnya mencapai US$ 1-2 miliar atau sekitar Rp 28,6 triliun (asumsi kurs Rp 14.300 per US$).

Menurutnya, optimalisasi penggunaan produk dalam negeri harus ditingkatkan untuk mengurangi defisit neraca perdagangan dan untuk meningkatkan pengembangan industri hilir dalam negeri.

Selain membangun smelter baru, dia juga mendorong dibangunnya sistem fabrikasi daur ulang aluminium.

"Sistem daur ulang juga harus mulai dibangun sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan pada sumber daya alam yang tidak terbarukan," jelasnya.

(wia)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular