Ini Dia Negara-negara yang Alami 'Resesi Seks', RI Aman?
Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah negara, mulai dari wilayah Barat hingga Asia, sedang mengalami fenomena 'resesi seks' dalam beberapa tahun terakhir. Istilah ini merujuk pada turunnya mood pasangan untuk melakukan hubungan seksual, menikah dan punya anak.
Di sejumlah negara, resesi seks kini muncul sebagai dampak dari sejumlah soal. Pandemi Covid-19 juga menjadi salah satu biang keladi yang mengganggu rencana pasangan untuk menikah dan menjadi orang tua.
Perubahan iklim (climate change) juga dikatakan memperburuk fenomena ini. Kedua 'ancaman' dunia ini makin membuat banyak orang menunda kehamilan dan mendapatkan anak.
Berikut deretan negara yang mengalami fenomena resesi seks, dihimpun dari berbagai sumber.
Amerika Serikat (AS)
Isu mengenai menurunnya selera generasi muda di AS dalam melakukan hubungan seks ramai sudah terdeteksi sejak 2019. Analis Jake Novak dalam hasil penelitiannya, yang dimuat di CNBC International, mengatakan 'resesi seks' terjadi di kalangan milenial di rentang usia 20-an hingga menjelang 40 tahun.
Menurutnya, menurunnya tingkat sex dan pernikahan mengindikasikan bahwa kaum muda juga ingin menunda aspek-aspek "kedewasaan" lainnya. Ini bisa berimbas ke sejumlah sektor lain di kehidupan seperti properti (membeli rumah) atau otomotif (membeli mobil).
Kehidupan ekonomi kaum muda di AS, disebut jauh lebih buruk dibandingkan anggota kelompok demografis lainnya. Sehingga hal ini turut berpengaruh dalam membuat mereka menunda pernikahan dan membangun keluarga.
Alasan lainnya yang menyebabkan 'resesi seks' menurut Novak adalah, karena kaum milenial enggan mengeluarkan dana untuk kencan. Oleh karenanya, jumlah pembelian bunga, tiket konser, dan biaya makan di restoran diperkirakan terpengaruh akibat keputusan ini.
Menurut data dari Survei Sosial Umum, pada 2018 ada 23% orang dewasa yang mengaku tidak melakukan hubungan seks dalam setahun. Ini adalah rekor tertinggi sepanjang masa.
Alasan untuk fenomena ini bersifat sosiologis dan ekonomis. Juga, karena semakin banyak orang dewasa muda yang masih hidup bersama orang tua mereka.
China
Malasnya orang memiliki anak juga terjadi di China. Hal ini membuat pemerintah secara mengejutkan memperbolehkan pasangan memiliki tiga anak sejak Mei 2021.
Ini merupakan kebijakan besar di negara terpadat penduduknya itu. Selama ini China mengontrol ketat jumlah penduduknya dengan hanya mengizinkan satu keluarga memiliki dua anak.
Dari sensus nasional yang dilaporkan 11 Mei lalu, tingkat pertumbuhan tahunan China rata-rata adalah 0,53% selama 10 tahun terakhir. Ini turun dari tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata 0,57% antara tahun 2000 dan 2010.
Angka kelahiran China terus menurun sejak 2017. Meskipun China melonggarkan "kebijakan satu anak" yang sudah disahkan selama puluhan tahun untuk mencegah krisis demografis di sana, angka tak kunjung naik.
'Resesi seks' ini disebabkan penurunan angka pernikahan dalam beberapa tahun terakhir. Pasangan bergumul dengan mahalnya biaya membesarkan anak di kota-kota besar.
Perempuan juga secara alami menunda atau menghindari persalinan karena pemberdayaan mereka yang semakin meningkat. Hal-hal berbau seksual yang bisa menyebabkan mereka hamil jadi dihindari.
Halaman 2>>
(sef/sef)