Internasional

Resesi Seks Makin Ngeri, Angka Pernikahan China Terjun Bebas

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
13 June 2023 11:36
Couples attend a mass wedding at the city's municipal government building ahead of the 70th founding anniversary of People's Republic of China in Jiaxing, Zhejiang province, China September 22, 2019. REUTERS/Stringer ATTENTION EDITORS - THIS IMAGE WAS PROVIDED BY A THIRD PARTY. CHINA OUT.     TPX IMAGES OF THE DAY
Foto: Pasangan pengantin China (REUTER / Stringer)

Jakarta, CNBC Indonesia - Fenomena resesi seks semakin parah. China mencatat angka pernikahan di negaranya saat ini paling sedikit dalam lebih dari tiga dekade akibat krisis populasi.

Data yang dirilis Kementerian Urusan Sipil China pekan lalu, mencatat sekitar 6,83 juta pasangan menikah pada 2022. Itu turun sekitar 10,5% dari 7,63 juta pendaftaran pernikahan pada 2021.

"Hal ini menandai rekor terendah sejak 1986, saat kementerian mulai merilis statistik," tulis CNN International, dikutip Selasa (13/6/2023).

Data tersebut mewakili pernikahan selama tahun pandemi Covid-19. Menikah menjadi sesuatu yang menantang di masyarakat.

China memiliki aturan kontrol Covid-19 yang ketat. Sehingga banyak kota dan distrik di seluruh negeri dikunci dan kehidupan sehari-hari terganggu oleh sejumlah pembatasan.

Sebuah laporan tentang statistik baru di Global Times, mengutip ahli demografi independen He Yafu. Hasil studinya juga menunjukkan peningkatan usia pernikahan.

Namun di sisi lain ada penurunan jumlah anak muda secara keseluruhan di China dan ketidakseimbangan gender di negara tersebut. Usia pernikahan rata-rata untuk pernikahan pertama adalah 28,67 tahun pada tahun 2020, menurut data sensus, naik dari 24,89 tahun satu dekade sebelumnya.

Jatuhnya jumlah pernikahan dan penurunan kelahiran telah menarik perhatian yang signifikan dari pihak berwenang di Beijing. Apalagi muncul prediksi ahli tentang dampak ekonomi yang parah dari tenaga kerja yang menyusut dan populasi yang menua.

Populasi China menyusut pada tahun 2022 untuk pertama kalinya dalam lebih dari 60 tahun, dengan hanya 6,77 kelahiran per 1.000 orang. Ini tingkat terendah sejak berdirinya Komunis China pada tahun 1949.

PBB pun mencatat China sekarang menjadi negara terpadat kedua di dunia dengan penurunan 1,4 miliar orang. Populasi terbanyak kini disalip India.

Pejabat China melihat hubungan langsung antara lebih sedikit pernikahan dan kelahiran yang gagal di negara itu dengan norma sosial dan peraturan pemerintah yang mempersulit pasangan yang belum menikah untuk memiliki anak. Pihak berwenang telah mengambil langkah untuk mencoba menaikkan angka kelahiran, yang terjadi di tengah tekanan keuangan yang berdampak pada orang dewasa muda China, termasuk pengangguran yang tinggi dan meningkatnya biaya hidup.

Namun upaya dari pejabat China dalam beberapa tahun terakhir untuk membalikkan tren penurunan pernikahan dan kelahiran belum membuahkan hasil. Pasalnya, masalah ekonomi dan sosial masih membayangi.

Perlu diketahui, China bukan satu-satunya negara yang menghadapi masalah penurunan angka kelahiran dan populasi yang menyusut. Dalam beberapa tahun terakhir, Jepang dan Korea Selatan (Korsel) juga mengalami hal yang sama, serta membuat program agar mendorong angka kelahiran.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Fenomena Resesi Seks Kian Ngeri di China, Pemuda Ogah Menikah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular