Internasional

Duh! Singapura Terinfeksi 'Resesi Seks'? Ini Fakta-faktanya

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
30 September 2021 11:05
Lonjakan kasus Covid-19 di Singapura. (REUTERS/EDGAR SU)
Foto: Lonjakan kasus Covid-19 di Singapura. (REUTERS/EDGAR SU)

Jakarta, CNBC Indonesia - Singapura sepertinya terinfeksi 'resesi seks'. Jumlah pernikahan di negara itu turun drastis ke level terendah dalam 34 tahun terakhir sementara kelahiran warga juga tergelincir ke level terendah selama tujuh tahun.

Resesi sendiri adalah istilah ekonomi untuk pertumbuhan negatif dua kuartal berturut-turut dalam satu tahun. Covid-19 disebut menjadi biang keladi yang menurunkan aktivitas seksual warga, di mana pandemi mengganggu rencana pasangan untuk menikah dan menjadi orang tua.

Mengutip Channel News Asia (CNA), ada 19.430 pernikahan tahun lalu. Ini turun 12,3% dari tahun sebelumnya 22.165.

Ini adalah catatan terendah sejak 1986, ketika ada 19.348 pernikahan. "Pembatasan pertemuan besar pada tahun lalu bisa menyebabkan pasangan menunda pernikahan mereka," ujar rilis Divisi Kependudukan dan Bakat Nasional Singapura, dikutip Kamis (30/9/2021).

Di tahun lalu, median usia pernikahan di Negeri Singa adalah 30 tahun untuk pria dan 28 tahun untuk wanita. Sebanyak 30% pernikahan melibatkan pasangan transnasional tapi ini turun 37% dari 2019.

"Penurunan ini mungkin sebagian karena pembatasan perjalanan terkait Covid-19," ujar badan itu lagi.

Bukan hanya pernikahan, pandemi juga menyebabkan berkurangnya keputusan menjadi orang tua. Hanya ada 31.816 kelahiran di negeri itu di 2020 atau 3,1% lebih rendah dibanding sebelumnya, 32.844.

Ini adalah jumlah terendah sejak 2013. Dalam lima tahun 2016-2020, rata-rata ada 32.500 kelahiran, sedikit lebih banyak dari 32.400 dalam lima tahun sebelumnya 2011-2015.

Usia rata-rata ibu yang melahirkan pertama adalah 30,8 di 2020. Ini mirip dengan di 2019, 30,6 tahun.

Badan kependudukan Singapura mengatakan bahwa dalam survei terhadap sekitar 4.000 orang di Juni 2020, beberapa responden mengatakan bahwa mereka telah menunda pernikahan dan menjadi orang tua

"Karena kekhawatiran tentang kondisi kesehatan dan ekonomi masyarakat yang tidak pasti," ujar otoritas itu seraya menyebut masih menelaah dampak Covid.

"Kami terus menghadapi tantangan struktural jangka panjang dengan tingkat kelahiran kami yang rendah, serupa dengan masyarakat maju lainnya."

Sebelumnya, Singapura memberi insentif bagi mereka yang ingin memiliki anak dan menjadi orang tua di tengah pandemi. Di mana ada dana hibah 3.000 dolar Singapura.

Halaman 2>>

Sementara itu, Singapura mencatat rekor penurunan jumlah populasi selama setahun terakhir. Laporan singkat tahunan pemerintah mengungkapkan aturan pembatasan dan kondisi pandemi Covid-19 menjadi salah satu penyebab utamanya.

Data Departemen Statistik pada Selasa (28/9/2021) memaparkan total populasi Singapura pada Juni kembali turun untuk tahun kedua berturut-turut. Ini turun menjadi 5,45 juta dari 5,69 juta pada 2020.

Penurunan populasi 4,1% ini adalah penurunan year-on-year (yoy) terbesar sejak 1950. Penurunan populasi 2020 tercatat 0,3%, sementara 0,1% pada 1986.

Penurunan sebagian besar berasal dari populasi non-penduduk, yang turun 10,7% menjadi 1,47 juta per Juni. Tahun 2020, penurunan non-penduduk mencapai 2,1%. Ini terjadi akibat berkurangnya pekerja asing di tengah pembatasan terkait pandemi.

Para pekerja ini merupakan 20% dari populasi non-penduduk, dibandingkan dengan tanggungan (18%) dan pekerja rumah tangga migran (16%). Pemegang izin kerja dan kartu S masing-masing juga terdiri dari 11% dari kelompok tersebut.

Populasi warga Singapura juga turun 0,7% menjadi 3,5 juta, sedangkan penduduk tetap (PR) turun 6,2% menjadi 0,49 juta. Ini adalah penurunan pertama dari yoy, baik dalam jumlah penduduk maupun penduduk sejak data dikumpulkan pada tahun 1970.

Populasi warga negara Singapura juga terus menua. Sebanyak 17,6% berusia 65 tahun ke atas dibandingkan dengan 16,8% pada Juni 2020 dan 10,1% pada 2011. Laju penuaan lebih cepat dibandingkan dengan dekade terakhir, dan kelompok yang lahir dari tahun 1946 hingga 1964 memasuki rentang usia 65 tahun.

Proporsi mereka yang berusia 65 tahun ke atas diperkirakan akan meningkat menjadi sekitar 23,8% pada tahun 2030.

Di sisi lain, proporsi penduduk berusia 20 hingga 64 tahun telah turun dari 65,1% pada 2011 menjadi 61,9% saat ini, dan diperkirakan akan terus menurun menjadi sekitar 56% pada 2030.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular