
Kronologi Covid Singapura 'Meledak' Terus, Lagi Melebihi RI

Jakarta, CNBC Indonesia -Singapura kembali mencetak rekor kasus baru Covid-19 setahun terakhir. Dalam gelombang terbaru ini, negeri itu mencatat 2.268 kasus tambahan, lebih tinggi dari rekor sehari sebelumnya 2.236.
Angka ini juga kembali melebihi angka kasus harian RI kemarin, di mana Indonesia mencatat 1.954 kasus baru. Secara rinci ada 2.258 kasus transmisi lokal, terdiri dari 1.810 kasus komunitas dan 448 pekerja migran, serta 10 kasus impor.
Meski demikian, 1.335 kasus merupakan kasus tanpa gejala atau ringan, sehingga tak perlu ke rumah sakit. Tapi ada 197 kasus yang dirawat, membutuhkan bantuan oksigen dan masuk ICU.
Melansir Worldometers, total terdapat 37.412 kasus aktif di negeri itu. Meski banyak yang tanpa gejala, tenaga kesehatan tetap mewaspadai kritisnya ruang ICU dan lelahnya tenaga medis di negeri dengan 5 juta penduduk ini.
Sementara itu, angka kematian juga mencatat rekor kemarin. Negara yang termasuk sukses menekan angka fatality Covid-19 itu melaporkan delapan kematian baru.
Ini termasuk tinggi di gelombang baru ini dimulai. Meski cukup terkendali jika dibandingkan dengan belahan bumi lain.
Mereka yang meninggal berada di umur 72 hingga 90 tahun. Kementerian Kesehatan Singapura (MOH) menyebut enam kasus meninggal belum menerima vaksin, sementara satu sudah menerima satu suntikan dan sisanya disuntik full.
Bagaimana lonjakan terjadi?
Kenaikan ini sendiri dimulai pada penghujung Agustus 2021. Pada 31 Agustus, Negeri Singa melaporkan 156 infeksi baru Covid-19. Jumlah kasus kemarin merupakan tertinggi dalam hampir enam minggu.
Pada awalnya, gelombang infeksi terbaru ini diduga diakibatkan oleh penyebaran virus di beberapa halte bus. Untuk klasterisasi, tercatat sekitar sembilan klaster Covid-19 di Singapura dengan transportasi bus.
Tak hanya di halte, virus juga menyebar luas di tempat-tempat pergantian pengemudi bus. Lebih lanjut, ini memudahkan banyak pengemudi yang terinfeksi dan mulai menyebarkannya di bus.
Meski begitu, Pemerintah Singapura belum mengambil langkah-langkah pencegahan dan pengetatan mobilitas publik. Yang terjadi justru sebaliknya, negara pusat finansial Asia itu membuat peraturan bebas karantina bagi pengunjung yang tiba dari Hong Kong, Taiwan, Brunei, dan Jerman.
Pemerintah Singapura sendiri berdalih bahwa angka vaksinasi di negara itu seharusnya dapat menjadi alasan pelonggaran. Pada saat itu,negara itu sudah sepenuhnya memvaksinasi 80% populasi
Memasuki pertengahan bulan, negara itu mulai mencatatkan rekor kenaikan kasus di atas 500 infeksi perhari. Ini mulai menjadi peringatan yang penting untuk segera melakukan pengetatan protokol kesehatan.
Bahkan otoritas sudah memprediksi bahwa kasus dapat mencapai 2 ribu perhari. Pasalnya tingkat reproduksi virus (R) di negeri itu tinggi.
"Segera, kita akan mencapai 1.000 kasus baru sehari, dan dalam waktu beberapa minggu, kita mungkin akan mencapai 2.000 kasus baru sehari," kata Menteri Keuangan dan Ketua Bersama Gugus Tugas Lawrence Wong awal September.
Pada akhir bulan September, kasus sudah mulai menembus di atas seribu perhari. Hal ini pun sontak membuat unit respon kesehatan negara maju memperingatkan akan potensi fasilitas kesehatan yang kewalahan.
Otoritas meminta pasien positif yang sudah divaksin dan tidak memiliki kormobid melakukan karantina di rumah. Rumah sakit hanya bagi mereka yang benar-benar mendesak.
"Lonjakan kasus telah menyebabkan penundaan dan kami meminta kesabaran dan pengertian Anda. Kami merampingkan operasi kami dan akan menghubungi Anda sesegera mungkin," kata pernyataan resmi Kementerian Kesehatan Singapura (MOH).
Akhirnya dengan kasus harian di atas level seribu perharinya, Singapura pun mulai menarik rem daruratnya, Senin (27/9/2021). Negeri itu memperketat mobilitas publik.
Peraturan itu sendiri mengatur pembatasan pengunjung di tempat-tempat publik. Mulai dari sekolah, perkantoran, restoran, dan kunjungan ke kediaman.
"Meskipun melakukan hal itu mungkin tidak segera mengurangi jumlah infeksi baru setiap hari, itu akan memungkinkan kita untuk memperlambat penyebaran dan menghindari beban petugas kesehatan kita," ujar Wakil Ketua Gugus Tugas Multi-kementerian Covid-19 Gan Kim Yong.
Untuk sekolah di kelompok usia 12 tahun ke bawah, pertemuan tatap muka ditiadakan. Untuk usia 12 tahun ke atas, diizinkan dengan kapasitas minimum dan sangat dilakukan secara online.
Kemudian, di perkantoran, pejabat berwenang meminta sebisa mungkin kegiatan dilakukan secara online. Apabila diharuskan untuk bekerja, masyarakat diminta melakukan tes Covid-19 sebelum masuk kerja.
Untuk restoran, pemerintah mengizinkan maksimal dua orang yang telah divaksinasi untuk satu meja. Selanjutnya, untuk kunjungan ke kediaman, otoritas hanya mengizinkan satu kali penerimaan kunjungan dalam satu hari.
Warga senior diminta tidak datang ke tempat ibadah. Pengetatan berlaku hingga 24 Oktober nanti, alias satu bulan.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Singapura Kembali Pecahkan Rekor Covid-19, Kenapa?