Jakarta, CNBC Indonesia - Krisis energi saat ini sedang melanda beberapa negara di dunia. Terjadi kelangkaan pasokan dan naiknya harga gas, naiknya tarif bahkan padamnya listrik, serta sulitnya mendapatkan bahan bakar minyak (BBM).
Berikut tiga negara yang sedang mengalami dan terancam krisis energi, sebagaimana dihimpun CNBC Indonesia dari berbagai sumber.
Inggris
Krisis energi saat ini sedang melanda Inggris. Hal ini terlihat dari naiknya tarif listrik serta sulitnya mendapatkan bahan bakar untuk kendaraan.
Menurut Kedutaan Besar Inggris di Jakarta, kenaikan tarif listrik sendiri diakibatkan oleh naiknya permintaan akan gas alam sehingga mengerek harga bahan bakar rendah emisi itu. Inggris sendiri merupakan negara yang saat ini cukup intens dalam menggunakan gas untuk keperluan kelistrikannya.
"Penyebab krisis terutama disebabkan oleh harga gas yang tidak stabil, yang meningkatkan biaya pembangkitan listrik Inggris," ujar keterangan Kedubes Inggris yang diperoleh secara eksklusif oleh CNBC Indonesia, Kamis (30/9/2021).
Lebih lanjut, Kedubes Inggris juga menyebut naiknya harga gas alam ini mungkin juga akan dirasakan oleh negara lainnya. Pasalnya harga gas alam yang naik merupakan harga global di mana setiap negara yang ingin mendapatkannya perlu mengeluarkan dana yang lebih banyak.
Sementara itu, Inggris secara drastis telah mengurangi ketergantungan batu bara. Namun, tak dipungkiri, saat pasokan energi seret September lalu, Inggris menghidupkan lagi pembangkit West Burton A untuk mengamankan listrik, pertama kali dalam enam bulan, sebelum pensiun 2022.
"Batu bara masih akan digunakan di Inggris (dalam persentase kecil, 1,6%) sampai batu bara betul-betul akan dihapus dari sistem pada tahun 2024," katanya.
Sebenarnya, krisis energi yang terjadi di Inggris juga membuat lebih dari dua ribu pompa bensin di negeri itu kering. Krisis gas membuat warga Inggris terpaksa berebut BBM dengan industri yang kehabisan sumber pembangkit listrik.
Belum lagi masalah distribusi pasokan yang mandek karena tak ada supir yang mengendarai truk barang di negeri itu. Alhasil rantai pasokan terganggu.
Brexit disalahkan atas kejadian ini. Di mana para supir yang kebanyakan imigran harus kembali ke negaranya karena masalah imigrasi, belum lagi penguncian Covid-19.
Halaman 2>>
Aktivitas pabrik China menyusut akibat pembatasan penggunaan listrik. Ini meningkatkan banyak kekhawatiran mengenai nasib negara ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut.
Sebuah survei yang dirilis Kamis (30/9/2021), sebagaimana dikutip dari Guardian, menunjukkan aktivitas pabrik China mengalami kontraksi pada bulan September. Ini pertama kali terjadi kepada China sejak pandemi melanda pada Februari 2020.
Angka-angka menunjukkan bahwa output turun akibat perlambatan produksi di industri yang mengkonsumsi energi tinggi. Salah satunya seperti pabrik yang memproses logam dan produk minyak.
Krisis listrik di China terjadi ketika permintaan energi negara itu melonjak melewati tingkat pra-pandemi. Namun, pembatasan impor batu bara dari Australia akibat pertikaian politik, menekan pasokan komoditas itu.
Sebelumnya krisis energi ini juga terhubung dengan ambisi pemerintah dalam mengurangi emisi karbon pada 2030. Presiden China Xi Jinping berencana untuk mulai menghentikan operasional pembangkit batu bara dan menggantinya dengan energi terbarukan.
Namun untuk mencapai target itu, dibutuhkan pembangunan 100 gigawatt pembangkit tenaga surya dan 50 gigawatt tenaga angin setiap tahun untuk menyeimbangkan kenaikan konsumsi sebesar 5%. Hal ini jauh dari pertumbuhan energi terbarukan tahunan China yang baru mencapai setengah dari itu.
Sementara itu, untuk mengamankan krisis listrik agar tak semakin gawat, Gubernur Provinsi Jilin Han Jun, berjanji akan meningkatkan meningkatkan pasokan listrik lokal dengan memperbesar skala impor batu bara. China, diketahui merupakan konsumen batu bara terbesar saat ini.
"Selain mengamankan pasokan batu bara lintas provinsi dari Daerah Otonomi Mongolia Dalam, (China juga akan) untuk meningkatkan impor dari Rusia, Mongolia dan Indonesia," dikutip dari Global Times.
Han mengatakan pembelian batu bara dari pasar dalam dan luar negeri akan didorong oleh kebijakan pendukung terkait. Lebih banyak fasilitas penyimpanan batu bara juga akan dibangun.
Tidak hanya itu, Han juga memerintahkan pembangkit listrik untuk mempertahankan pembangkit listrik yang stabil di semua biaya. Mereka juga diminta menetapkan pemenuhan penggunaan listrik perumahan sebagai prioritas.
Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional (NDRC) juga mendesak perencana ekonomi lokal, administrasi energi dan perusahaan kereta api untuk meningkatkan transportasi batu bara. Pasalnya China sebentar lagi mendekati musim dingin, di mana kebutuhan energi untuk pemanas juga meningkat.
"Setiap perusahaan kereta api harus memperkuat transportasi batu bara ke pembangkit listrik dengan persediaan kurang dari tujuh hari dan meluncurkan mekanisme pasokan darurat tepat waktu," kata NDRC.
Halaman 3>>
Setelah Inggris dan China kini krisis serupa mengancam India. Perusahaan utilitas di negeri itu ramai-ramai mengamankan pasokan batu bara setelah lonjakan permintaan listrik dari industri dan impor yang lambat.
Ini karena rekor harga global karena rebound permintaan listrik. Belum lagi persaingan dengan China.
Data pemerintah menunjukkan setengah dari 135 pembangkit listrik tenaga batu bara (PLTU) hanya memiliki stok bahan bakar kurang dari tiga hari. Padahal, aturan pemerintah federal, pasokan setidaknya harus ada untuk dua minggu.
"Kegentingan pasokan diperkirakan akan berlanjut," kata unit lembaga pemeringkat S&P CRISIL dalam sebuah laporan, dikutip Jumat (1/10/2021).
"Inventarisasi batu bara di pembangkit (India) akan meningkat secara bertahap hingga Maret nanti," prediksi lembaga itu lagi.
Secara detil, konsumsi listrik negara-negara bagian yang fokus ke Industri terus naik. Di Maharashtra, Gujarat dab Tamil Nadu misalnya, konsumsi tumbuh 13,9 hingga 21% dalam tiga bulan hingga September.
"Tahun ini kami melihat pertumbuhan yang luar biasa dari permintaan industri," kata Direktur regulator listrik Gujarat, Shameena Husain.
Meskipun pasokan batu bara India menyusut, pemadaman listrik skala besar belum terjadi. Tapi mengutip Reuters, kekurangan sudah terlihat di Uttar Pradesh, Bihar dan Kashmir.
India adalah importir batu bara terbesar kedua di dunia. Meski demikian, negara Tuan Takut itu memiliki cadangan terbesar keempat dunia.