Pajak Karbon-Harga Batu Bara Jadi Masalah Baru Pabrik Semen!
Jakarta, CNBC Indonesia - Industri semen tak hanya dihadapkan pada masalah kelebihan kapasitas produksi tapi juga masalah lainnya. Permasalahan lain antara lain penerapan pajak karbon dan naiknya harga batu bara yang terus menyentuh rekor baru, hingga meningkatkan ongkos produksi semen.
Direktur Industri Semen, Keramik, dan Olahan Logam Kementerian Perindustrian, Adie Rochmanto Pandiangan, mengatakan ke depan ada banyak persoalan yang akan menghambat industri semen. Mulai dari penerapan pajak karbon dan kelangkaan batu bara karena dijual ekspor.
"Kami harapan persoalan dari isu-isu dihembuskan, ini jangan dulu terjadi, jangan dulu diberlakukan. Misal pajak karbon, over supply, kelangkaan batu bara," katanya kepada CNBC Indonesia TV, Kamis (30/9/2021).
Padahal industri semen saat ini sedang berbenah menciptakan kondisi iklim yang lebih baik. Melihat kondisi pasar juga kesulitan karena over capacity dan over supply.
Dalam pemberitaan CNBC Indonesia sebelumnya, Menurut Ketua Umum Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Widodo Santoso, mengatakan kenaikan harga batu bara yang mencapai 200% dan ditambah rencana pajak karbon membuat biaya produksi semakin tinggi.
"Di samping over supply, kami kena masalah kenaikan harga batu bara 200% dari US$ 60 dollar per ton menjadi US$ 160 per ton (kini sudah US$ 200 per ton). Padahal semen kebutuhan batubara 35%, jadi kalau dia naik kita angkat tangan. Yang bahaya kita meningkatkan utilisasi dari ekspor, target 12 juta, jadi kalau ekspor tertutup karena batu bara tinggi, biaya produksi US$ 5 - 6 dollar, itu bahaya nggak akan ekspor kita," jelasnya kepada CNBC Indonesia TV, Jumat (3/9/2021).
Ditambah lagi masalah rencana pengenaan pajak karbon. Itu juga membuat biaya produksi meningkat.
Menurut Widodo industri yang paling terkenal adalah semen, karena semen membakar batu kapur untuk 1 ton produk dibutuhkan 1,1 ton batu kapur. Dia bercerita ketika dibakar Co2 yang dikeluarkan sekitar 400 kg.
"Ini nggak bisa diapa-apakan karena nggak ada penggantinya batu kapur. Ditambah lagi batubara juga, dari studi 1 ton semen itu sekitar 650 - 700 kg co2 yang dikeluarkan. Kalau 1 kg di pajak US$ 5, itu ekspor hilang," kata Widodo.
Sementara produk Indonesia harus bersaing dengan Thailand, Vietnam dan Malaysia yang tidak menerapkan pajak karbon. Sehingga jika dibebankan US$ 5 dollar per 1 kg carbon, pengusaha semen angkat tangan.
(hoi/hoi)