
Pengusaha Tekstil RI Beberkan Efek Krisis Listrik China

Jakarta, CNBC Indonesia - Industri tekstil kelimpahan berkah akibat krisis listrik yang dialami China. Order yang seharusnya masuk ke negeri Tirai Bambu tersebut, kini harus terlempar ke banyak negara lain, salah satu yang kelimpahan pesanan adalah Indonesia.
Namun, bukan berarti Indonesia bisa menerima semua pesanan tersebut. Pasalnya, sebagian bahan baku impor juga berasal dari China.
"Setengahnya impor dari China, sedangkan China ada masalah sekarang di energi, dan masalah itu sepertinya nggak bisa selesai cepat, jadi beberapa perusahaan stop menyuplai energi sampai 60%, jadi ada masalah lain," ungkap Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta kepada CNBC Indonesia, dikutip Jumat (01/10/2021).
Persoalan energi di China membawa dua sisi bagi Indonesia, baik dari sisi kesulitan mengimpor bahan baku, hingga kelimpahan order yang tidak jadi ke negeri Tirai Bambu tersebut.
"Industri hulu di negara lain akan geliat dengan China ada kasus seperti ini, tapi dalam seminggu dua minggu masih belum terasa, karena stok China masih banyak, tapi begitu stok abis, demand di banyak negara akan naik," sebutnya.
Sembari nunggu stok China menipis, Indonesia juga kelimpahan order dari kebijakan lockdown Vietnam. Redma mengakui ada limpahan order yang datang akibat berhentinya produksi di negara tersebut akibat pandemi.
"Ekspor sebulan bisa sampai US$ 2 miliar, potensi limpahannya sebesar itu. Yang jadi masalah seberapa mampu kita nampung, karena kita punya ketergantungan bahan baku sama impor," katanya.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada Fenomena Baru! Ramai Pabrik Tekstil Migrasi, Kenapa?
