Bos Pertamina Buka-bukaan Transisi Blok Mahakam Gak Lancar
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) mengaku telah mengambil pelajaran dari proses pengalihan Blok Mahakam dari Total E&P Indonesie kepada Pertamina pada 2018 lalu. Pasalnya, pasca transisi per 1 Januari 2018, produksi minyak dan gas di Blok Mahakam ini menjadi anjlok.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengakui bahwa transisi Blok Mahakam memang menjadi sebuah traumatik karena proses transisi tidak berjalan lancar.
"Mahakam traumatik, tapi kembali lagi ini sudah terjadi lesson learn masa transisi yang gak smooth," paparnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (29/09/2021).
Nicke mengatakan, saat proses transisi kala itu, ketika operator Blok Mahakam ini alias Total mengetahui jika kontraknya tidak diperpanjang, maka mereka menghentikan investasi. Kegiatan produksi saat itu hanya dilakukan di sumur yang existing, tanpa melakukan pengeboran lanjutan. Akibatnya, ketika diambil alih Pertamina, produksi langsung anjlok.
"Mahakam dalam dua tahun terakhir (sebelum Pertamina ambil alih) nol, gak ada pengeboran baru, bisa dibayangkan pasti turun. Kalau turun, kita mau mulai lagi pasti perlu effort luar biasa," ungkapnya.
Karena tidak ada pengeboran sumur baru, maka saat dilakukan alih kelola terjadi laju penurunan produksi (decline rate) sampai 75%. Pada tahun pertama setelah ambil alih Blok Mahakam, pihaknya melakukan pengeboran 199 sumur baru dan hanya bisa memperkecil penurunan laju alamiah 25%.
"Sampai saat ini masih decline, padahal kita sekitar 200-220 pengeboran setahun. Artinya, kalau 220 ya dua hari sekali kita lakukan pengeboran," jelasnya.
Belajar dari kejadian ini, Pertamina berupaya agar transisi Blok Rokan bisa berjalan lancar dan tidak terjadi penurunan produksi. Proses peralihan Blok Rokan dari PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) ke PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) akhirnya telah dilakukan pada 9 Agustus 2021 lalu.
Sebelumnya, Albert Simanjuntak, Managing Director Chevron IndoAsia Business Unit & President Director PT CPI, berpandangan secara keseluruhan transisi Blok Rokan berjalan dengan baik. Menurutnya, semua pihak melakukan kerja sama dengan sangat baik.
"Dan kerja sama CPI dengan operator berikutnya sangat baik. Kerja sama dengan pemerintah daerah dan juga masyarakat di sekitar daerah operasi sangat baik," ungkapnya dalam wawancara bersama dengan CNBC Indonesia, Kamis (05/08/2021).
Proses transisi ini, imbuhnya, dianggap sebagai sebuah pekerjaan bersama. Proses transisi di Blok Rokan ini bahkan dia sebut bisa menjadi suatu model percontohan yang bisa dilakukan pada transisi blok migas berikutnya.
"Menurut kami ini menjadi suatu teladan atau role model transisi blok yang berakhir masa kontraknya kepada operator berikutnya," ungkapnya.
"Tentu tidak ada yang sempurna, mudah-mudahan apa yang telah kami lakukan bersama-sama dengan pemerintah, masyarakat, PHR, bisa menjadi satu contoh untuk terus dikembangkan, tentu ada yang bisa diperbaiki ke depan," lanjutnya.
(wia)