Fakta-Fakta Kebakaran Kilang Balongan Pertamina

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
30 September 2021 10:15
kebakaran kilang minyak Balongan Pertamina Indramayu (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: kebakaran kilang minyak Balongan Pertamina Indramayu (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Djoko menyampaikan bahwa lokasi kejadian kebakaran melibatkan empat tangki yaitu tangki EFGH, dari total 71 tangki yang ada di Kilang Balongan atau 7% dari kapasitas total tangki. Adapun luasan terdampak adalah 2 hektar dari total 180 hektar.

Dia mengatakan, selama bulan Maret 2021 sebelum adanya peristiwa kebakaran, tangki EFGH berfungsi dengan baik dan tidak ada anomali atau kerusakan tangki. Tangki G yang belakangan terdeteksi terdapat kebocoran sebelumnya mampu beroperasi di level 26 ribu kilo liter (kl) sepanjang Maret 2021 tanpa gangguan. Pada 28 Maret 2021, sehari sebelum kejadian, tangki G juga masih beroperasi di level 26 ribu kl.

Namun pada 28 Maret 2021 tengah malam, mulai pukul 23.00 WIB terjadi beberapa kali petir. Dari sini lah awal penyebab kebakaran diduga. Investigator pun mengecek data petir dan cuaca saat itu.

Adapun alat pendeteksi petir menggunakan Lightning Detection System (LDS), milik PLN Puslitbang.

Berdasarkan pengukuran LDS terhadap radius 15 km di area kilang dari pukul 23.00 sampai dengan pukul 01.00 WIB, terjadi sebanyak 241 sambaran petir. Sementara Ref literatur dan studi LAPI ITB menyebut petir dapat merambat dalam radius 10 mil atau 16 km.

"Bahwa di dalam hasil pengukuran pukul 23.00 - 01.00 WIB ini ada 241 kali sambaran petir," ungkap Djoko.

Sementara itu dari BMKG, menurut Djoko, telah melakukan revisi laporannya dan menyebutkan sepanjang pukul 23:00 hingga 01:00 WIB, terdapat awan Cumulus yang membentuk awan hujan konvektif serta terjadi sambaran petir dalam radius 17 km dari area Kilang Balongan.

Kebakaran pun akhirnya terjadi pada pukul 00:57 WIB, Senin, 29 Maret 2021 dini hari.

"Memang terjadi kumpulan awan-awan dan terjadinya sambar petir radius 17 km. Ini adalah kondisi sebelum dan selama kejadian di Kilang RU VI Balongan," paparnya.

Dia pun merinci kondisi detik-detik sebelum peristiwa kebakaran ini. Pada hari Minggu, 28 Maret 2021 pukul 18.00 WIB proses batching produk Pertalite (RON 90) selesai dilakukan. Level tangki dijaga di 12.3 m (24.5 ribu kl). Sampel diambil untuk menganalisis kualitas produk.

"Kemudian dilakukan pengetesan RON-nya, angka RON-nya karena Pertalite 90. Saat pengukuran masih give quality RON 91 perlu tambahan naphtha agar produk spek 90 (pukul 20.57). Penambahan naphtha sebesar 2.000 kilo liter (kl)," jelasnya.

Kemudian pada pukul 22.55 WIB sesuai dengan perhitungan penambahan naphtha dihentikan. Operator menutup valve tangki dan tidak ada kebocoran.

Lalu, pada pukul 23.10 WIB terjadi indikasi level tangki turun setelah sempat steady lebih dari 15 menit, kemudian dilakukan visual check ke tangki, dan ditemukan kebocoran di sisi dinding atas tangki.

"Beberapa teman operator cek, ada kebocoran di tangki, kejadiannya gerimis dan petir," paparnya.

Setelah ditemukan indikasi kebocoran, segera dilakukan transfer minyak dari Tangki-G ke Tangki-F untuk menurunkan level Tangki-G.

Operator lapangan menutup semua valve incoming/outcoming area tangki (isolasi). Kemudian menyiapkan foam chemical untuk disemprotkan di area bundwall tangki (ignition prevention).

"Pukul 00.57 terjadi explosion tangki, ada segitiga api," paparnya merinci kejadian.

(wia)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular