Fakta-Fakta Kebakaran Kilang Balongan Pertamina

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
30 September 2021 10:15
Kebakaran Kilang Minyak Balongan (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Kebakaran Kilang Minyak Balongan (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) mengungkapkan hasil investigasi dari kebakaran Kilang Balongan, Indramayu, Jawa Barat, yang terjadi pada 29 Maret 2021 dini hari lalu. Hasil investigasi menyebutkan petir menjadi penyebab dari kebakaran kilang.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan investigasi tidak hanya dilakukan oleh pihak internal, namun juga melibatkan pihak eksternal. Ada empat investigator eksternal yang melakukan audit atas kebakaran Kilang Balongan.

Keempat investigator tersebut antara lain Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur (B2TKS) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Pusat Penelitian Petir LAPI ITB, dan konsultan luar yakni Det Norske Veritas (DNV).

Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (29/09/2021), Nicke mengatakan akan menggunakan hasil dari investigasi ini sebagai upaya untuk melakukan perbaikan dan mengambil pelajaran atas kejadian ini.

"Kita juga improve pada fasilitas yang tidak hanya di kilang saja, tapi ini kami jadikan standar di hulu dan juga hilir, jadi hulu, kilang, dan hilir," tuturnya.

Djoko Priyono, Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional, Subholding Refining & Petrochemical Pertamina, pun membeberkan hasil investigasi dari keempat investigator eksternal tersebut.

Dia menyebut, kesimpulan dari hasil investigasi yaitu "Mayoritas hasil investigasi menyebutkan telah terjadi kebocoran di dinding Tangki G dengan penyebab yang berbeda-beda dari setiap hasil investigasinya."

Dari hasil investigasi serta analisis tersebut, penyebab kebocoran dan kebakaran tangki tersebut diduga antara lain:

a. Penyebab kebocoran:

Terjadinya sambaran petir travelling pada pukul 23.09 WIB yang menyebabkan degradasi pada dinding / plat atau las-lasan di Tangki G yang menyebabkan penurunan penipisan dinding / plat atau las-lasan Tangki G, disusul dengan robek dan bocornya dinding tersebut akibat tekanan mekanik dari dalam Tangki yang telah terisi BBM pada level mendekati penuh.

b. Penyebab kebakaran:

Terjadi akibat sambaran petir atau induksi pada Tangki G yang berdampak terjadinya segitiga api (udara oksigen, vapor hydrocarbon, serta sambaran petir).

Djoko menyampaikan bahwa lokasi kejadian kebakaran melibatkan empat tangki yaitu tangki EFGH, dari total 71 tangki yang ada di Kilang Balongan atau 7% dari kapasitas total tangki. Adapun luasan terdampak adalah 2 hektar dari total 180 hektar.

Dia mengatakan, selama bulan Maret 2021 sebelum adanya peristiwa kebakaran, tangki EFGH berfungsi dengan baik dan tidak ada anomali atau kerusakan tangki. Tangki G yang belakangan terdeteksi terdapat kebocoran sebelumnya mampu beroperasi di level 26 ribu kilo liter (kl) sepanjang Maret 2021 tanpa gangguan. Pada 28 Maret 2021, sehari sebelum kejadian, tangki G juga masih beroperasi di level 26 ribu kl.

Namun pada 28 Maret 2021 tengah malam, mulai pukul 23.00 WIB terjadi beberapa kali petir. Dari sini lah awal penyebab kebakaran diduga. Investigator pun mengecek data petir dan cuaca saat itu.

Adapun alat pendeteksi petir menggunakan Lightning Detection System (LDS), milik PLN Puslitbang.

Berdasarkan pengukuran LDS terhadap radius 15 km di area kilang dari pukul 23.00 sampai dengan pukul 01.00 WIB, terjadi sebanyak 241 sambaran petir. Sementara Ref literatur dan studi LAPI ITB menyebut petir dapat merambat dalam radius 10 mil atau 16 km.

"Bahwa di dalam hasil pengukuran pukul 23.00 - 01.00 WIB ini ada 241 kali sambaran petir," ungkap Djoko.

Sementara itu dari BMKG, menurut Djoko, telah melakukan revisi laporannya dan menyebutkan sepanjang pukul 23:00 hingga 01:00 WIB, terdapat awan Cumulus yang membentuk awan hujan konvektif serta terjadi sambaran petir dalam radius 17 km dari area Kilang Balongan.

Kebakaran pun akhirnya terjadi pada pukul 00:57 WIB, Senin, 29 Maret 2021 dini hari.

"Memang terjadi kumpulan awan-awan dan terjadinya sambar petir radius 17 km. Ini adalah kondisi sebelum dan selama kejadian di Kilang RU VI Balongan," paparnya.

Dia pun merinci kondisi detik-detik sebelum peristiwa kebakaran ini. Pada hari Minggu, 28 Maret 2021 pukul 18.00 WIB proses batching produk Pertalite (RON 90) selesai dilakukan. Level tangki dijaga di 12.3 m (24.5 ribu kl). Sampel diambil untuk menganalisis kualitas produk.

"Kemudian dilakukan pengetesan RON-nya, angka RON-nya karena Pertalite 90. Saat pengukuran masih give quality RON 91 perlu tambahan naphtha agar produk spek 90 (pukul 20.57). Penambahan naphtha sebesar 2.000 kilo liter (kl)," jelasnya.

Kemudian pada pukul 22.55 WIB sesuai dengan perhitungan penambahan naphtha dihentikan. Operator menutup valve tangki dan tidak ada kebocoran.

Lalu, pada pukul 23.10 WIB terjadi indikasi level tangki turun setelah sempat steady lebih dari 15 menit, kemudian dilakukan visual check ke tangki, dan ditemukan kebocoran di sisi dinding atas tangki.

"Beberapa teman operator cek, ada kebocoran di tangki, kejadiannya gerimis dan petir," paparnya.

Setelah ditemukan indikasi kebocoran, segera dilakukan transfer minyak dari Tangki-G ke Tangki-F untuk menurunkan level Tangki-G.

Operator lapangan menutup semua valve incoming/outcoming area tangki (isolasi). Kemudian menyiapkan foam chemical untuk disemprotkan di area bundwall tangki (ignition prevention).

"Pukul 00.57 terjadi explosion tangki, ada segitiga api," paparnya merinci kejadian.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pertamina Ungkap Hasil Investigasi Kebakaran Kilang Balongan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular