
Covid Singapura Meledak Lagi, Gagal Damai dengan Covid?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi Covid-19 di Singapura masih menunjukkan tren yang menanjak. Rabu (29/9/2021), negeri itu mencatat 2.268 kasus tambahan, lebih tinggi dari rekor sehari sebelumnya 2.236.
Angka ini juga kembali melebihi angka kasus harian RI kemarin, di mana Indonesia mencatat 1.954 kasus baru. Secara rinci ada 2.258 kasus transmisi lokal, terdiri dari 1.810 kasus komunitas dan 448 pekerja migran, serta 10 kasus impor.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran. Pasalnya dengan angka vaksinasi di atas 80% seharusnya Singapura sudah mampu dalam menahan laju infeksi virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China.
Selain itu posisi negara itu sebagai pusat finansial Asia pun juga memberikan ketakutan bagi para pelaku pasar. Lalu apakah Singapura gagal 'berdamai' dengan corona dan kasus akan semakin tinggi?
Meski kasus masih terus rekor, para ahli berpendapat bahwa gelombang virus terbaru ini bukanlah hal yang terlalu buruk. Argumen ini didasari oleh angka vaksinasi di Singapura yang sangat tinggi, yang menghindarkan pasien dari keparahan.
"Jumlah kasus mungkin tetap tinggi selama beberapa bulan, tetapi sebagian besar akan terlindungi dengan baik oleh vaksin dan tidak akan jatuh sakit parah," kata Teo Yik-Ying, dekan Sekolah Kesehatan Masyarakat Saw Swee Hock di Universitas Nasional Singapura dalam sebuah email kepada CNBC International, Rabu (30/9/2021).
"Untuk orang-orang ini, infeksi tidak akan memiliki konsekuensi jangka pendek atau jangka panjang bagi kesehatan mereka, tetapi dapat memicu respons kekebalan alami yang mengurangi kemungkinan infeksi berikutnya."
Peneliti lainnya, Ooi Eng Eong dari Duke-NUS Medical School juga mengutarakan hal serupa. Ia mengatakan ini karena Singapura menggunakan vaksin mRNA seperti Pfizer dan Moderna bagi warganya.
Vaksin mRNA menginstruksikan tubuh untuk memproduksi lonjakan protein yang ditemukan di permukaan virus penyebab Covid-19. Nantinya lonjakan protein ini akan memicu sistem kekebalan untuk mengembangkan antibodi.
"Jika kita mendapatkan infeksi alami, sistem kekebalan tubuh kita akan dapat mengenali sebagian besar virus dibandingkan hanya lonjakan protein," kata Ooi, menambahkan bahwa itu bisa membuat seseorang lebih tahan terhadap varian di masa depan.
Ia menambahkan justru Singapura dapat menuai manfaat dari infeksi saat ini. Pasalnya kebanyakan infeksi terjadi pada penduduk yang telah divaksinasi sehingga tingkat keparahan cukup rendah serta dapat melatih imun dalam melawan virus.
"Daripada infeksi diikuti vaksinasi, kita akan vaksinasi diikuti infeksi, yang menurut saya lebih baik karena [infeksi] kebanyakan ringan," ujarnya lagi.
Ooi juga menekankan bahwa langkah-langkah pengetatan protokol kesehatan yang saat ini diambil Pemerintah Singapura bukanlah hal yang perlu dilakukan. Ia berpandangan bahwa hal ini dapat menghambat adaptasi imun manusia terhadap virus.
"Pembatasan baru ini tidaklah perlu dan hanya akan memperlambat upaya untuk hidup dengan penyakit ini," tambahnya.
Singapura sendiri telah mencatat 94.043 kasus Covid-19 sejak pandemi masuk ke negeri itu tahun 2020. Sementara itu, total kematian akibat pandemi ini adalah 93 kasus.
(tps/tps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Singapura Kembali Pecahkan Rekor Covid-19, Kenapa?