Internasional

Terungkap, Ini Biang Kerok yang Bikin Krisis di Inggris

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Kamis, 30/09/2021 06:10 WIB
Foto: Infografis/Fakta-fakta Krisis di Inggris/Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejak pekan lalu, pemberitaan media asing ramai soal Inggris. Negeri Ratu Elizabeth itu sedang dilanda krisis.

Krisis ini ditandai dengan harga energi yang melambung. Listrik di negeri itu mahal, bukan hanya membuat konsumen rumah tangga menjerit tapi juga industri.


Ini diikuti dengan permasalahan rantai pasokan kebutuhan. Bukan hanya makanan yang hilang dari rak-rak supermarket, bahan bakar minyak (BBM) juga langka.

Hal ini pun memicu "peringatan" bahwa musim dingin tahun ini mungkin akan sangat sulit di negara tersebut. Apalagi saat itu, kebutuhan masyarakat seperti energi untuk pemanas hingga bahan makanan akan mengalami peningkatan yang pesat.

Lalu apa yang sebenarnya terjadi?

Krisis yang terjadi di Inggris ini disebabkan oleh dua hal utama. Pertama, kenaikan harga gas alam dan kedua, permasalahan distribusi terkait dengan aturan imigrasi baru.

Krisis di Inggris dimulai dari krisis gas yang menghantam Eropa. Harga gas melambung tinggi di kawasan tersebut bahkan naik 250% sejak Januari 2021.

Salah satu alasan mengapa harga mengalami kenaikan adalah dibukanya kembali ekonomi negara-negara setelah penguncian akibat Covid-19. Ini dikombinasikan dengan masuknya musim dingin, yang mendorong permintaan lebih tinggi, baik di Eropa maupun Asia.

Pasokan gas juga berkurang akibat penghentian produksi di fasilitas milik Amerika Serikat (AS). Ini juga akibat pengetatan aturan pasar karbon di Uni Eropa (UE).

Ada juga isu manipulasi perusahaan gas Rusia, Gazprom, untuk mendongkrak harga. Belum lagi listrik tenaga angin yang tak maksimal berfungsi saat musim dingin.

Akibat hal ini, sejumlah negara terpukul keras, di antaranya Inggris. Di negeri itu, tagihan listrik warganya saat ini merupakan yang paling mahal di Eropa.

Tarif listrik telah naik tinggi, bahkan mencapai 475 pound atau sekitar Rp 9,3 juta. Harga kontrak pembelian listrik juga mendekati rekor tertinggi di Inggris, karena banyaknya listrik yang diimpor dari Prancis.

Tak sampai di situ saja, industri energi pun terancam bangkrut berjamaah. Harga produksi listrik rata-rata 291,18 euro (Rp 4,8 juta) per megawatt-jam.

Kenaikan harga gas telah berimbas pada ditutupnya dua pabrik pupuk besar di Teesside dan Cheshire tutup. Pabrik ini diketahui menghasilkan karbon dioksida (CO2) sebagai produk sampingan.

CO2 digunakan untuk penyembelihan dan sistem pendingin guna memperpanjang stok makanan, seperti daging, unggas bahkan minuman bersoda. Kepala Eksekutif Asosiasi Pengelola Daging di Inggris mengatakan dua minggu lagi kemungkinan produk-produk akan menghilang di rak-prak supermarket.

"80% babi dan unggas disembelih dengan proses ini," tegasnya, dikutip Sky News.

Hal sama juga dikatakan perusahaan penyuplai makanan Inggris, Bernard Matthews dan 2 Sisters Food Group. Pasokan kalkun untuk Natal misalnya terancam.

"Sekarang tanpa pasokan CO2, Natal bisa batal," kata pemilik perusahaan Ranjit Singh Boparan.

Gangguan Distribusi

Di saat harga gas naik, Inggris juga mengalami gangguan distribusi. Gangguan ini disebabkan oleh kurangnya jumlah supir truk di negara itu akibat peraturan imigrasi yang semakin ketat pasca Brexit.

Hal ini membuat supir truk yang kebanyakan merupakan imigran, harus segera pulang ke negaranya. Ini membuat pengiriman menjadi terhambat.

Harga gas alam yang semakin mahal membuat kendaraan bermotor harus bersaing dengan industri untuk bertahan hidup. Mahalnya harga gas alam, yang melonjak 35,44% dalam sebulan terakhir, membuat dunia usaha berpaling ke bahan bakar minyak (BBM) sebagai sumber energi.

Namun pasokan yang sedikit karena rantai distribusi terganggu akibat minimnya supir, tak bisa memenuhi kebutuhan ini. Alhasil mulai terlihat antrean panjang kendaraan yang ingin mengisi bahan bakar.

Foto: Krisis bahan bakar minyak (BBM) di Inggris. (AP/Jon Super)
Krisis bahan bakar minyak (BBM) di Inggris. (AP/Jon Super)

BP, raksasa migas Negeri Big Ben, mengungkapkan bahwa hampir sepertiga SPBU kehabisan dua jenis bahan bakar utama. Senin (27/9/2021), dilaporkan bagaimana BBM kosong dan antrean mengular di SPBU negeri itu.

"Dengan tingginya permintaan dalam beberapa hari terakhir, kami memperkirakan sekitar 30% SPBU tidak memiliki persediaan bahan bakar utama. Kami akan mengupayakan pasokan kembali tersedia secepat mungkin," sebut pernyataan tertulis BP.

Foto: Seorang pembeli melihat rak kosong di lorong daging di supermarket Co-Op, Harpenden, Inggris, 22 September 2021. (REUTERS/Peter Cziborra)
A shopper looks at produce and empty shelves of the meat aisle in Co-Op supermarket, Harpenden, Britain, September 22, 2021. REUTERS/Peter Cziborra

Halaman 2>>


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Inflasi Inggris Betah di Level Tinggi Pada Mei 2025

Pages