Sengit! Negara-negara Ini Saling Senggol Buat Masuk RI

MAIKEL JEFRIANDO, CNBC Indonesia
29 September 2021 16:10
Northeast Asia Summit
Foto: Bahlil Lahadalia dalam acara konferensi pers virtual realisasi Investasi Triwulan II 2021. (Dok: BKPM TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia masih menjadi tujuan investasi favorit dari deretan negara maju dunia. Baik itu China, Korea Selatan hingga Jepang.

Hal ini diungkapkan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia saat menjadi pembicara dalam Webinar dengan tema Optimisme Pemulihan Ekonomi 2022 secara virtual, Rabu (29/9/2021).

"Korea Selatan itu sudah melampaui Jepang sampai semester 1. Ini ada pertarungan sengit, maksudnya kompetisi sengit antara Korsel, China dan Jepang," jelasnya.

Selama Januari-Juni, investasi asing yang paling besar adalah Singapura dengan US$ 4,7 miliar dan Hongkong US$ 2,3 miliar. Negara tetangga tersebut memang menjadi hub dari banyak negara di dunia untuk berinvestasi di Asia Tengga.

Selanjutnya China dengan realisasi US$ 1,7 miliar. Belanda di posisi berikutnya dengan US$ 1,3 miliar, Korea Selatan US$ 1,1 miliar dan Jepang yang diketahui turun peringkat dengan realisasi US$ 1 miliar.

Amerika Serikat ada di peringkat 7 dengan realisasi US$ 800 juta, Malaysia US$ 700 juta, Swiss US$ 500 juta dan Thailand sebesar US$ 300 juta.

Bahlil menegaskan, pemerintah tidak memberikan kekhususan kepada satu atau dua negara dalam berinvestasi di Indonesia.

"Kami tidak pernah mau membeda-bedakan negara mana yang menjadi prioritas. jadi keliru kalau ada asumsi bahwa kita hanya fokus di satu negara, gak ada," terangnya.

"Indonesia tak boleh diatur di negara tertentu. Kita harus menjadi pemain tengah dan menjalan sesuai UU," tegas Bahlil.

Pemerintah mematok target investasi pada tahun depan sebesar Rp 1.200 triliun, lebih tinggi Rp 300 triliun dari target 2021. Padahal perekonomian dunia masih belum pulih seutuhnya dari pandemi covid-19.

Beruntung, kata Bahlil, pemerintah telah memiliki Undang-undang Cipta Kerja. Sehinga berbagai permasalahan yang ada sejak dulu bisa terselesaikan.

Antara lain, tumpang tindih aturan pemerintah pusat dan daerah. Ego sektoral di Kementerian Lembaga (KL), persoalan tanah dan hal-hal yang tidak bisa dideteksi secara rasionalitas.

"Seperti hantu, nggak bisa dipegang. dirasakan saja, ada pemain, tapi ketika coba dideteksi, tidak ada aturan dan regulasinya yang bisa mendeteksi," terangnya.

Tidak salah bila pada 2019 terungkap nilai investasi mangkrak mencapai Rp 708 triliun. Sebagian dari investasi mangkrak tersebut akhirnya bisa diselesaikan dan mendorong peningkatan angka realisasi investasi pada 2020 dan 2021.

Kini investasi hanya masuk melalui satu sistem bernama Online Single Submission (OSS) yang akan memberikan kepastian, transparasi, kecepatan dan efisien.

"Biar tidak ada lagi lompat indah, kadang di level menteri oke, tapi di bawahnya itu belum. Jadi banyak jurusnya dan sudah mendarah daging dari dulu," terang Bahlil.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular