Penanganan Covid di RI Terbaik? Pakar: Jangan Berlebihan!
Jakarta, CNBC Indonesia - Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman tak menampik jika penanganan covid-19 di Indonesia terbukti ada progres dengan turunnya kasus positif harian. Namun menurutnya, hal ini belum membuat Indonesia menjadi negara terbaik di dunia dalam mengatasi pandemi.
"Kalau one of the best belum tepat. Saya harus meluruskan. Artinya kita apresiasi capaian PPKM Jawa-Bali, ini strategi semua pihak. Tapi kita harus tahu angka kematian tertinggi di dunia bahkan di ASEAN. Meski kematian turun, tapi tetap tinggi. Di tengah tes kita yang rendah dibanding negraa ASEAN," katanya kepada CNBC Indonesia di Jakarta, Senin (20/9/2021).
Sementara itu, dia juga menyinggung terkait potensi gelombang ketiga. Indonesia dikatakannya rawan karena dua alasan. Pertama kapasitas 3T belum memadai.
"Kedua, vaksin salah satu yang diapresiasi. Tapi dengan total populasi dan varian baru, yang harus dilihat vaksin penuh di bawah 20% bahkan 16%. Sedikit sama dengan Filipina, tapi jauh dari Singapura dan kamboja. Di mana 80% penduduk sangat rawan. Akhirnya masih membuka peluang potensi gelobang 3. Kematian masih 3%, masih ada bobol di kasus di hulu dan hilir," imbuhnya.
Pada kesempatan yang sama, Jubir Vaksin Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi angkat bicara. Menurut dia, ada beberapa indikator bahwa Indonesia menjadi salah satu negara terbaik dalam hal penanganan pandemi.
"Akhir 2020 kenaikan 16 ribu kasus, butuh 1,5 bulan sampai puncak. Juli 2021 butuh 3 pekan kenaikan puncak kasusnya lebih dari 50 ribu. Pada 3 Juli melakukan PPKM sebagai rem darurat. Dari kebijakan itu, maka sejak kita bisa lihat, penurunan kasus sudah terjadi sejak 15 Juli. Kita bisa melihat sudah 58% kasus yang turun," katanya.
Apa yang dilakukan tersebut menurutnya patut diapresiasi lantaran membuahkan hasil karena menurunkan laju kasus. Positivity rate menurut Dicky sudah di bawah standar WHO yaitu kurang dari 5%.
"Kondisi ini belum stabil. Saat kita lengah protokol kesehatan, mobilitas meningkat, karena kondisi membaik, otomatis beberapa pelonggaran dari kegiatan masyarakat dilakukan. Berusaha menyeimbangkan bagaimana prioritas aktivitas masyarakat. kami imbau, sisi lain walau sudah ada pelonggaran, harus diiringi dengan mobilitas dan protokol kesehatan tak boleh longgar. Di sisi lain, varian baru mengancam dan varian delta yang paling banyak di RI harus diwaspadai," pungkasnya.
(yun/yun)