Waduh Eropa Krisis Energi, Listrik Mahal Minta Ampun!

suhendra, CNBC Indonesia
16 September 2021 15:10
Petugas PLN melakukan perawatan menara listrik di kawasan Gardu Induk Karet Lama, Jakarta, Rabu (10/1/2018).
Foto: CNBC Indonesia/ Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Tarif listrik di Eropa telah naik ke tingkat tertingginya. Penyebabnya banyak, mulai dari tingginya harga komoditas dan karbon, hingga rendahnya hasil listrik dari tenaga angin yang menjadi andalan kawasan ini, dengan jargon ramah lingkungannya.

Dilansir dari CNBC International, Kamis (16/09/2021), tingginya harga energi di Eropa diprediksi belum akan berakhir dalam waktu dekat. Para pelaku pasar keuangan dan pakar energi memperingatkan bahaya yang akan terjadi, apalagi musim dingin sebentar lagi terjadi.

Sementara itu, harga gas yang menjadi salah satu alternatif bahan bakar untuk pembangkit listrik, harga acuannya untuk pengiriman Oktober di Dutch TTF naik ke rekor tertinggi menjadi 79 euro (US$ 93,31) per megawatt-hour. Kontrak pembelian gas telah meroket 250% sejak Januari 2021.

Di Inggris, tagihan listrik warganya saat ini merupakan yang paling mahal di Eropa. Tarif listrik telah naik tinggi, di tengah tingginya ketergantungan negara ini terhadap gas dan energi terbarukan untuk menggerakkan pembangkit listriknya.

Reuters melaporkan, harga listrik pada Rabu kemarin naik 19% menjadi 475 pound (US$ 656,5). Harga kontrak pembelian listrik juga mendekati rekor tertinggi di Inggris, karena banyaknya listrik yang diimpor dari Prancis.

"Sejauh ini faktor utamanya adalah harga gas," kata Glenn Rickson, Analis Listrik dari S&P Global Platts Analytics.

Tingginya harga gas ini juga dipicu oleh kenaikan harga karbon dan batu bara yang beberapa kali menyentuh rekor tertinggi. Sementara listrik dari tenaga angin atau nuklir belum bisa menyuplai secara prima.

Rickson memberikan prediksi harga listrik di Eropa pada musim dingin ini bakal banyak bergantung pada harga gas. Sementara listrik dari tenaga angin sangat bergantung pada kencangnya angin.

Harga gas di Eropa telah naik sejak April 2021. Disebut bahwa cuaca yang sangat dingin di Eropa membuat pasokan gas turun ke level terendah sebelum pandemi. Ini menunjukkan potensi terjadinya krisis pasokan gas.

Eropa juga disebut tengah berjuang membawa pasokan gas yang akan mereka perlukan untuk musim dingin. Pemulihan ekonomi karena pelonggaran pembatasan Covid-19, juga turun menjadi pemicu permintaan energi bakal tinggi, sehingga pasokan gas bakal berkurang.

Belum lagi, Rusia disebut memperlambat pengiriman gas alam lewat pipa ke wilayah Eropa. Muncul pertanyaan soal ini, apakah disengaja karena masalah politik.

Defisit dan potensi krisis energi di Eropa membuat pasar keuangan gugup menjelang musim dingin. Belum lagi ada persaingan yang tinggi untuk pasokan gas alam cair (LNG) dari Asia dan Amerika Selatan, yang mendorong harga gas naik.

Awal bulan ini, melonjaknya harga gas dan rendahnya produksi angin mendorong Inggris untuk menyalakan pembangkit listrik tenaga batu bara tua untuk memenuhi kebutuhan listriknya.

Langkah ini menimbulkan pertanyaan serius tentang komitmen lingkungan pemerintah di tengah krisis iklim. Yang pasti, batu bara adalah bahan bakar fosil paling intensif karbon dalam hal emisi dan oleh karena itu target paling penting untuk penggantian dalam poros yang diusulkan ke alternatif terbarukan.

Keputusan Inggris untuk beralih ke batu bara disindir ironis. Di tengah desakan Inggris untuk secara dramatis mengurangi penggunaan bahan bakar fosil. "Ini agak ironis bukan?" kata Stefan Konstantinov, Analis Senior dari ICIS Energy.

"Jika ada cukup angin, mungkin bisa memenuhi lebih dari setengah atau dua pertiga permintaan listrik Inggris pada hari permintaan listrik yang relatif rendah. Tetapi yang kami lihat adalah sebenarnya kami tidak mendapat angin dan kami terpaksa menyalakan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara yang mencemari."

"Pada pandangan pertama, itu tidak sesuai dengan ambisi pemerintah untuk mendekarbonisasi. Tapi ini sangat didorong oleh sifat energi terbarukan yang terputus-putus: baik angin maupun matahari," tambah Konstantinov.

Inggris telah berkomitmen untuk menghentikan pembangkit listrik tenaga batu bara sepenuhnya pada Oktober 2024 untuk mengurangi emisi karbon.


(wed/wed)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Eropa Krisis Listrik, RI Malah Kelebihan Pasokan Listrik!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular