Internasional

Alamak! Utang Malaysia Terancam Makin Bengkak, Kenapa?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
14 September 2021 17:40
In this photo released by Malaysia's Department of Information, Malaysia's King Sultan Abdullah Sultan Ahmad Shah, right, receives documents from Prime Minister Ismail Sabri Yaakob during the opening ceremony of the parliamentary session at the parliament house in Kuala Lumpur, Malaysia, Monday, Sept. 13, 2021. Barely a month in office, Malaysia's new leader has won opposition support to shore up his fragile government in exchange for a slew of reforms as Parliament reopened Monday. (Nazri Rapaai/Malaysia's Department of Information via AP)
Foto: AP/Nazri Rapaai

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan (Menkeu) Tengku Zafrul Aziz mengatakan pemerintah Malaysia akan meminta persetujuan parlemen untuk meningkatkan dana terkait Covid-19 dan menaikkan pagu utang negara.

Kabinet baru yang dipimpin Perdana Menteri Ismail Sabri Yaakob ingin menambahkan 45 miliar ringgit atau setara Rp 154 triliun (asumsi Rp 3.400/ringgit) dana Covid guna membantu bisnis dan rumah tangga. Total dana akan menjadi 110 miliar ringgit (Rp 377 triliun).

Zafrul mengatakan seiring dengan rencana kenaikan tersebut, pemerintah akan meminta persetujuan Parlemen untuk menaikkan pagu utang dari 60% menjadi 65% dari produk domestik bruto.

"Kami percaya bahwa ketika ekonomi pulih, salah jika terlalu cepat menarik dukungan ... kita perlu terus mendukung ekonomi saat pulih, yang berarti kita perlu terus memiliki kebijakan ekspansi fiskal hingga 2022," kata Zafrul kepada CNBC International, Selasa (14/9/2021).

Sejak awal pandemi, pemerintah Malaysia telah meluncurkan stimulus ekonomi senilai 530 miliar ringgit (Rp 1.818 triliun).

Tahun lalu Malaysia menaikkan pagu utangnya dari 55% menjadi 60% dari PDB setelah ekonomi terperosok akibat pandemi. Ini pertama kalinya Negeri Jiran meningkatkan pagu utangnya sejak 2009 selama krisis keuangan global.

Pemerintah juga menaikkan perkiraan defisit fiskal 2021 dari 5,4% dari PDB menjadi antara 6,5% dan 7%.

Zafrul, yang dijadwalkan mengumumkan anggaran pemerintah untuk 2022 pada 29 Oktober, mengatakan dia tidak percaya Malaysia rentan terhadap penurunan peringkat kredit.

"Kami sudah melihat penegasan kembali meski defisit fiskal naik," katanya. "Yang penting adalah prospek pertumbuhan Malaysia dan komitmen - dalam jangka menengah hingga jangka panjang - untuk konsolidasi fiskal, yang masih menjadi komitmen kami."

Bulan lalu bank sentral Malaysia (Bank Negara Malaysia) menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi 2021 menjadi antara 3% dan 4%. Sebelumnya, perkiraannya adalah untuk pertumbuhan antara 6% dan 7,5%.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Malaysia Bakal Longgarkan Lagi Aturan Covid, Lepas Masker?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular