Bahlil Ungkap Masalah di KEK, Dari Tanah Hingga Listrik Mahal
Jakarta, CNBC Indonesia - Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) merupakan salah satu instrumen yang disiapkan pemerintah untuk menggaet investor. Sebab, di sana begitu banyak fasilitas dan kemudahan yang diberikan.
Namun demikian, realisasi investasi di KEK masih belum sebesar yang diharapkan. Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menjelaskan ada beberapa permasalahan di KEK yang dapat menghambat investasi. Salah satunya adalah persoalan harga tanah.
"Saya ingin sampaikan harus ada perubahan pola pikir dalam pengelolaan KEK. Kita berpikir harga tanah duluan yang dikejar. Kalau ini yang menjadi target, maka akan susah mendapatkan tenant yang baik," katanya dalam webinar yang digelar Kementerian Keuangan, Senin (13/9/2021).
"Jangan sampai KEK yang sudah diberi fasilitas tax holiday, tax allowance diberikan perizinan mudah juga insentif lain, di mana tidak sama dengan kawasan lain ini kemudian antara harapan dan kenyataan tidak bisa eksekusi akibat harga tanah yang kemahalan," lanjutnya.
Lalu persoalan listrik mahal juga masih menjadi masalah di KEK. Bahlil mencontohkan KEK di Sumatra Utara di mana urusan energi masih harus dipikirkan karena masih terbilang mahal.
"Harus dipikirkan pengelola kawasan, karena mengambil listrik dari PLN, lalu dijual lagi ke tentang dengan harga mahal. Ini contoh kecil, masih banyak lagi yang lain. Pandangan kami KEK harus dijadikan instrumen untuk memikat dan memudahkan investor," ujarnya.
Masalah-masalah itu membuat realisasi investasi di KEK masih terbilang kecil.
"Pada 2020 yang masuk di kawasan industri tidak lebih dari 2%, dari total investasi 2020 Rp 826 triliun, realisasi ke KEK hanya Rp 14 triliun. Di semester I, realisasi investasi Rp 442 triliun, yang masuk kawasan industri Rp 5 triliun lebih sedikit," kata Bahlil.
Ia memberikan solusi untuk KEK harus terus didorong dengan pembangunan infrastruktur. Harapanya negara harus hadir membangun KEK infrastruktur umum, seperti di Batang, Jawa Tengah.
Menurut Bahlil, Batang bisa menjadi contoh untuk diberlakukan pada KEK lainnya. Karena fasilitas umumnya dibangun negara, sementara fasilitas pendukung teknis dibangun oleh swasta, minat investasi di Batang besar. Bahlil bilang paling tidak sudah 600 hektare hingga 700 hektare terjual dari total luas KEK batang mencapai 2.300 hektare.
(miq/miq)