Cita-Cita Jadi Raja Baterai, RI Sudah Punya Modal Ini lho..

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
13 September 2021 15:25
Ilustrasi baterai pada mobil listrik yang dikemas dalam komponen yang aman. electrec.co
Foto: Ilustrasi baterai pada mobil listrik yang dikemas dalam komponen yang aman. electrec.co

Jakarta, CNBC Indonesia - RI memiliki sumber daya nikel yang melimpah mencapai miliaran ton, bahkan menjadi pemilik cadangan nikel terbesar di dunia. Ini bisa menjadi modal Indonesia untuk mengejar cita-cita menjadi raja baterai dunia.

Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Percepatan Pengembangan Industri Sektor ESDM Agus Tjahajana dalam Webinar 'Mineral for Energy' Jumat malam (10/09/2021), memaparkan bahwa sumber daya nikel Indonesia merupakan terbesar di dunia, sehingga Indonesia menduduki posisi strategis pada industri baterai global.

Berdasarkan data yang dia paparkan, pada 2020 total sumber daya logam nikel RI mencapai sebesar 143 juta ton. Sementara untuk cadangan mencapai 49 juta ton.

"Total dari data yang ada di Minerba, total sumber daya nikel (logam) kita 143 juta ton dan cadangan 49 juta ton," paparnya.

Sementara dari sisi bijih nikel, ada pun sumber daya bijih nikel dengan kadar di atas 1,7% (bijih nikel saprolit) mencapai 3,9 miliar ton dan cadangan bijihnya mencapai 1,8 miliar ton.

Lalu, untuk total sumber daya bijih nikel dengan kadar di bawah 1,7% (bijih nikel limonit) yakni mencapai 10 miliar ton dan cadangan bijihnya mencapai total sebesar 2,8 miliar ton.

"Yang penting Indonesia punya cadangan terbesar," lanjutnya.

Tidak hanya nikel, imbuhnya, Indonesia juga punya cadangan mineral penting lainnya untuk pembuatan baterai, seperti aluminium, tembaga, mangan, dan cobalt.

"Kita tidak saja punya nikel, tapi juga alumunium nomor 6 terbesar (dunia), copper nomor 5, mangan, kita cobalt cuma dari Kementerian belum bisa sebutkan berapa besaran," paparnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, dengan memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, jika bijih nikel ini diproses menjadi nikel sulfat, lalu menjadi prekursor, maka ini akan meningkatkan nilai tambah.

"Peningkatan nilai tambah yang luar biasa jadi dengan nikel sulfat 11x nya, prekursor 20x, katoda 40x, dan cell (baterai) 70x. Ini kalau limonit kadar rendah," paparnya.

Dia mengatakan, dunia diperkirakan akan mengalami kekurangan pasokan baterai lithium ion untuk mobil listrik pada beberapa tahun mendatang. Adapun sejumlah pabrik yang memproduksi baterai lithium ini antara lain China, Eropa, maupun Amerika Serikat.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dibatasi, Gimana Nasib Target 30 Smelter Nikel RI di 2024?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular