Titik Nol 9/11 & Anggaran Bombastis Perang AS Rp 113.800 T
Jakarta, CNBC Indonesia - 11 September 2001 adalah hari yang mengguncang dunia. Kala itu, empat pesawat komersial yang dibajak kelompok Al-Qaeda menabrakkan diri di sejumlah lokasi di Amerika Serikat (AS).
Dua di antaranya menubruk gedung World Trade Center, New York. Satu di kantor Kementerian Pertahan AS (Pentagon), dan satu lagi di sebuah lapangan Stonycreek Township (Pennsylvania).
Akibat serangan itu, ribuan nyawa melayang. Terdiri dari 2.977 orang korban dan 19 dari pihak Al-Qaeda. Ini adalah korban jiwa terbanyak dalam sebuah serangan teror.
AS pun murka dibuatnya. Presiden AS kala itu, George Walker Bush, menumpahkan amarah itu dalam pidato di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).
"Kami mengetahui bahwa beberapa kejahatan terlalu berat hingga melanggar asas kemanusiaan. Kami menegaskan bahwa serangan dan ambisi semacam ini harus dilawan sedini mungkin sebelum mereka mengancam kita semua. Iblis telah kembali," tegas Bush.
Tragedi 11 September (atau 9/11) adalah titik nol perang AS (dan sekutunya) melawan terorisme. War on Terror, begitu slogan yang digaungkan Negeri Adidaya.
War on Terror diawali dengan menyerbu Afganistan. Saat itu, negara tersebut tengah dikuasai kelompok Taliban (yang kini kembali ke pucuk kekuasaan). Taliban dituding melindungi Osama Bin Laden, bos besar Al-Qaeda.
Setelah Taliban berhasil dijatuhkan, AS melanjutkan misi ke Irak. Washington menuding rezim Saddam Hussein punya hubungan dengan Al-Qaeda sehingga harus ikut ditumbangkan.
Setelah Osama Bin Laden terbunuh di Pakistan pada 2011, musuh baru AS adalah kelompok Negara Islam Irak-Levant (ISIS). War on Terror pun berlanjut, sampai sekarang.
Halaman Selanjutnya --> Perang Makan Korban Nyawa dan Harta
(aji/aji)