
Begini Nasib Pabrik Semen Saat Dilanda Over Produksi Parah!

Jakarta, CNBC Indonesia - Kondisi industri semen di Indonesia masih dalam posisi kelebihan pasokan kapasitas produksi atau over supply. Dimana kapasitas produksi pabrikan di dalam negeri sangat tinggi namun konsumsi dalam negeri dan ekspor masih jauh lebih rendah.
Dari Materi Publik Expose PT Semen Indonesia (Persero) Tbk kinerja semester I-2021 yang dikutip Selasa (7/9) tercatat peningkatan produksi semen nasional lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan permintaan nasional, hal ini yang menyebabkan kelebihan pasokan industri semen di Indonesia.
Tingkat utilisasi industri menurun dari 82% di tahun 2014 lalu, menjadi 56% pada tahun 2020 karena pemain semen meningkat dua kali lipat sejak tahun 2015 lalu. Utilisasi juga menurun pada tahun 2020 seiring dengan penurunan permintaan domestik akibat pandemi Covid - 19.
Namun kabar baiknya, penjualan ekspor tercatat menghadapi pertumbuhan tipis, walaupun belum mengimbangi hasil produksi di Indonesia.
Sebaran permintaan semen domestik paling banyak terjadi di Pulau Jawa mencapai 54%, Sumatera 22%, Sulawesi 10%, Kalimantan 6%, sisanya berasal dari Bali Nusra dan Indonesia bagian timur.
Sampai saat ini konsumsi semen di Indonesia masih didominasi oleh produk kemasan atau ritel yang berasal dari masyarakat yang melakukan renovasi, atau membangun rumah sendiri maupun pengembang kecil. Namun pertumbuhan produk semen curah juga meningkat sejak 2015 dimana pemerintah mulai gencar membangun infrastruktur.
Sampai saat ini ada 15 produsen semen di Indonesia. yaitu Semen Padang, Semen Gresik, Semen Tonasa, Solusi Bangun Indonesia, Indocement Tunggal Perkasa, Semen Baturaja, Semen Kupang, Semen Bosowa Maros, Cemindo Gemilang, Jui Shin Indonesia, Sinar Tambang Arthalestari, Semen Jawa, Conch Cement Indonesia, Hongshi Cement, Semen Grobogan.
Data Terbaru dari Asosiasi Semen Indonesia (ASI) permintaan semen nasional pada semester I 2021 mencapai 29 juta ton, atau naik 7,3% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar 27 juta ton.
Kapasitas total pabrikan semen itu sudah mencapai 116.301.480 ton. Dengan proyeksi penjualan semen domestik dan ekspor pada tahun ini mencapai 66.885.905. Artinya masih ada kapasitas separuh kapasitas terpasang yang menganggur, atau rata-rata tingkat utilisasi di kisaran 65%.
Setop Pabrik Baru Sebagai Solusi
Ketua Asosiasi Semen Indonesia, Widodo Santoso mengatakan rata-rata tingkat pertumbuhan konsumsi semen hingga 2025 hanya berkisar di 4% per tahun. Sehingga proyeksinya penjualan semen domestik dan ekspor hanya 88.747.049 ton dengan kapasitas produksi terpasang mencapai 116.301.480 ton. Sehingga tidak dibutuhkan lagi pembangunan pabrik baru.
"Kondisi yang kita perlukan tidak ada lagi pembangunan pabrik baru di tanah air," jelasnya akhir pekan lalu.
Saat ini pemerintah masih menerapkan moratorium pabrik semen baru. Namun diisukan ada pembangunan pabrik baru di Kalimantan Timur yang fokus berorientasi pada ekspor.
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, menampik keras pemerintah mengeluarkan izin pembangunan pabrik baru setelah moratorium. Hal ini diungkapkan pada Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI (30/8/2021).
"Moratorium ini sudah diputuskan di ratas tidak pernah ada lagi izin semen. Di Kaltim itu untuk basis ekspor 82% - 90%, karena kontrak sudah dilakukan sebelumnya. Dan izin yang dilakukan itu hanya diperbolehkan di Papua, karena di Papua antara supply dan demand belum berimbang," jelasnya.
"Jadi saya mohon juga jangan jadikan ini bola liar, seolah-olah kami di Kementerian Investasi mengeluarkan izin lain, tolong disampaikan izin mana itu," tambahnya.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Nasib Pabrik Semen RI: Over Produksi, Dihantam Predator Harga