Sederet Fakta Pabrik-pabrik Semen RI Tiarap Berjamaah
Jakarta, CNBC Indonesia - Industri semen di Indonesia dalam kondisi kelebihan pasokan atau oversupply. Dengan tingkat rata-rata utilisasi atau pemanfaatan dari kapasitas produksi pabrik hanya 61%, penambahan pabrik baru dinilai akan semakin menekan kinerja industri yang sudah eksis saat ini.
Menurut data Asosiasi Semen Indonesia (ASI), total produksi kapasitas terpasang industri semen di 2021 mencapai 116 juta ton. Hingga semester 1 penjualan domestik dan ekspor mencapai 35,72 juta ton dengan tingkat utilisasi 61%.
Ketua Umum ASI Widodo Santoso, mengatakan proyeksi industri semen per tahun mencapai 4% di Indonesia, kondisi pasokan juga masih dihantui dengan kondisi kelebihan pasokan. Hal ini membuat beberapa lini produksi semen harus mati karena kelebihan stok produksi.
"Ini masih ada sekitar 30 juta ton kelebihannya yang nganggur itu sama dengan 10 pabrik besar," jelasnya, kepada CNBC Indonesia, dikutip Senin (6/8/2021).
"Dan ini sudah kejadian kemarin di Tuban dua pabrik mati (ada line of production yang mati karena kondisi stok penuh), Rembang pabrik juga mati, karena silo atau tempat penyimpanan penuh. Begitu susahnya pabrik semen sekarang. Itu kira kira utilisasi sampai 2025 masih 78%," katanya.
Dari data ASI, pada 2025 mendatang diperkirakan penjualan semen domestik dan ekspor dari Indonesia hanya 88,74 juta ton, dengan tingkat utilisasi pabrik yang mencapai 76,3%.
Sementara total kapasitas produksi terpasang mencapai 116,3 juta ton, pada 2025 kapasitas produksi yang tersisa masih ada sekitar 27,3 juta ton.
Widodo mengatakan kelebihan pasokan ini terjadi di semua pulau di Indonesia. terlebih di pulau Jawa yang paling besar hingga over supply mencapai 40%, melihat banyak pabrik yang dibangun di Jawa. Sementara konsumsi hanya separuhnya dari total produksi.
Di Kalimantan, kapasitas produksi mencapai 10,3 juta sementara realisasi konsumsi semen di Kalimantan Timur pada 2020 hanya 3,9 juta ton per tahun. Artinya masih kelebihan pasokan mencapai 6,4 juta. Sehingga menurut Widodo tidak perlu lagi untuk membangun pabrik semen tambahan di Kalimantan.
Tolak Tegas Penambahan Pabrik Semen Baru
Widodo menegaskan pihaknya juga menolak adanya penambahan pabrik semen baru di Indonesia, melihat adanya izin pabrik baru di Kalimantan Timur.
Jika hal ini terjadi tentu akan merusak industri semen nasional yang saat ini dalam kondisi kelebihan pasokan.
"Pabrik baru dengan orientasi ekspor ini nggak masuk akal, karena kompetitornya berat. Asosiasi minta izin perusahaan itu ekspor harus ekspor, jangan digeber ke Jawa, Ke Sulawesi. Kasihan pabrik semen pemerintah di Tonasa BUMN berdiri tahun 1968, berjasa pembangunan Indonesia timur," jelasnya.
"Bosowa dibangun dari tahun 1985, sekarang utilisasi baru 50%, kasihan, karena oversupply. Kalau ada pabrik di Kaltim dan dia tidak memenuhi janjinya habis sudah Bosowa dan Tonasa," tambahnya.
Anggota DPR RI Komisi VI Andre Rosiade mengatakan kondisi industri semen di Indonesia sudah jelas kelebihan pasokan. Pemerintah seharusnya tidak lagi menerbitkan izin pabrik baru.
"Solusinya pemerintah harus konsisten moratorium pabrik baru. Ini solusi terbaik menyelamatkan industri strategis kita," katanya.
(tas/tas)