Jakarta, CNBC Indonesia - Penjualan mobil dunia yang sempat melaju kencang kini mulai melambat. Pada Agustus 2021, penjualan sang kereta besi mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) di berbagai negara.
Mengutip catatan MarkLines, rata-rata penjualan mobil di 12 negara pada Agustus 2021 tumbuh -1,99% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Paling parah terjadi di Spanyol, di mana penjualan tumbuh -28,9% yoy. Sementara Norwegia menjadi yang terbaik dengan pertumbuhan 52,1% yoy.
Apa yang membuat penjualan mobil kembali nyungsep? Well, seperti yang membuat penjualan 'berdarah-darah' tahun lalu, biang keladinya adalah pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).
Saat menyebar teror di India, virus corona melakukan hal lain yaitu bermutasi menjadi varian delta. Varian ini jauh lebih menular dari sebelumnya. Kini, varian delta sudah menyebar ke lebih dari 100 negara.
Penyebaran virus corona varian delta membuat pasien positif corona kembali melonjak. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan, jumlah pasien positif corona di seluruh negara per 2 September 2021 adalah 218.205.951 orang. Bertambah 606.760 orang dibandingkan hari sebelumnya.
Sepanjang Agustus 2021, jumlah pasien positif corona bertambah rata-rata 637.968 orang per hari. Melonjak 25,86% dibandingkan bulan sebelumnya dan 138,79% dari Agustus 2020. Luar biasa...
Halaman Selanjutnya --> Mobilitas Terbatas, Ngapain Beli Mobil?
Perkembangan ini membuat pemerintahan di berbagai negara kembali memperketat pembatasan sosial. Di Indonesia, kebijakan ini diberi nama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Apa boleh buat, agar virus corona tidak menyebar lebih luas, mobilitas manusia memang kudu dibatasi. Sebab seperti influenza, virus corona lebih mudah menular ketika terjadi peningkatan intensitas kontak dan interaksi antar-manusia.
Ambil contoh di Indonesia. Mengutip data Apple Mobility Index, rata-rata indeks mobilitas masyarakat Tanah Air dengan mengemudi pada Agustus 2021 adalah 98,25. Nilai indeks di bawah 100 menandakan mobilitas masih di bawah hari-hari biasa sebelum pandemi. Sementara pada Agustus 2020, rata-ratanya ada di 103,95.
Oleh karena itu, tidak heran penjualan mobil turun. Lha wong mobilitas berkurang, untuk apa beli mobil?
Halaman Selanjutnya --> Pemulihan Ekonomi Tertahan
Penurunan penjualan mobil adalah salah satu contoh pemulihan ekonomi yang tertahan akibat penyebaran virus corona varian delta. Sejumlah lembaga menilai virus corona varian delta akan menjadi ancaman serius bagi prospek pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat di seluruh negara.
Fitch Solutions memperkirakan ekonom negara-negara berkembang Asia tumbuh 7,8% sepanjang 2021. Namun laju pertumbuhan yang kencang ini lebih disebabkan oleh efek basis yang rendah (low-base effect) dari 2020.
"Risiko bagi pertumbuhan ekonomi meningkat karena penyebaran virus corona varian delta yang jauh lebih mudah menular dari sebelumnya. Virus corona varian delta menyebabkan banyak negara kembali menerapkan karantina wilayah (lockdown) dan menunda pembukaan perbatasan.
"Hingga kuartal II-2021, mayoritas negara berkembang Asia memang sudah kembali ke tingkat Produk Domestik Bruto (PDB) 2019, sebelum pandemi. Namun masih ada yang tertinggal seperti Filipina dan Thailand," papar riset Fitch Solutions.
 Sumber: Fitch Solutions |
Hal senada dinyatakan oleh Citi. Dalam riset terbarunya berjudul Sentiment Beyond Peak Optimism, Citi menilai berbagai data memberi konfirmasi bahwa laju pemulihan ekonomi dunia mulai tertahan. Salah satunya ya penjualan mobil tadi.
"Berbagai data menunjukkan perlambatan, sentimen mulai berbalik negatif dan semakin kuat. Konsumen maupun dunia usaha merasa pemulihan ekonomi yang sempat terjadi sudah mencapai puncak.
"Ke depan, sepertinya permintaan dan pasokan akan mengalami ketidakseimbangan. Permintaan akan melambat, dan di sisi lain dunia usaha direpotkan oleh gangguan produksi dan distribusi yang menyebabkan kenaikan harga. Ini akan membuat daya beli konsumen semakin tertekan," papar riset Citi.
 Sumber: Citi |
TIM RISET CNBC INDONESIA