Masih Minim, Begini Rencana Proyek Infrastruktur Gas RI

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
02 September 2021 16:57
PGN Komitmen Laksanakan Penugasan Pasokan Gas untuk Pembangkit listrik PLN. Ist
Foto: PGN Komitmen Laksanakan Penugasan Pasokan Gas untuk Pembangkit listrik PLN. Ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah besarnya sumber daya gas yang ada di Indonesia, namun sayangnya infrastruktur gas masih sangat minim. Di sisi lain, sumber gas melimpah di Indonesia Timur, tapi infrastruktur yang ada saat ini lebih banyak berada di Indonesia bagian barat.

Oleh karena itu, pemerintah pun kini berencana membangun infrastruktur gas guna mengoptimalkan sumber daya gas yang ada nantinya.

Saat ini pemerintah punya dua target dalam mengejar pembangunan infrastruktur gas. Pertama, yakni melalui penyambungan jaringan pipa transmisi gas di Jawa dan Sumatera. Kedua, penyediaan gas di seluruh wilayah, terutama untuk pembangkit listrik yang lokasinya disesuaikan dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL).

Hal tersebut dipaparkan oleh Direktur Pembinaan Program Migas Kementerian ESDM Dwi Anggoro Ismukurniato dalam acara "The 45th IPA Convention and Exhibition 2021" secara virtual, Kamis (02/09/2021).

"Kita ada existing infrastruktur dan kita juga memiliki rencana-rencana pembangunan infrastruktur gas di seluruh wilayah, ada yang existing dan ada yang on going (tahap pembangunan)," paparnya.

Dia menjelaskan, pemerintah kini mempercepat pembangunan proyek infrastruktur gas, baik pipa maupun mini regasifikasi gas alam cair (LNG).

Untuk percepatan proyek pipa antara lain, terdiri dari:
1. Proyek pipa transmisi gas ruas Cirebon-Semarang sepanjang 260 kilo meter (km).
2. Proyek pipa transmisi gas Dumai-Sei Mangkei sepanjang 360 km.

Lalu, ada juga percepatan proyek mini regasifikasi LNG dan unit regasifikasi dan penyimpanan LNG terapung (Floating Storage and Regasification Unit/ FSRU) atau FSU dan FRU.

Dia mengatakan, proyek mini regasifikasi LNG ini terutama akan dibangun di daerah Indonesia Timur seperti Maluku, Maluku Utara, Papua, Bali, Nusa Tenggara, dan juga Jawa Timur. Rencananya ini akan dibangun oleh PT PLN (Persero) untuk Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG).

"Ini dilakukan untuk meningkatkan penyerapan gas di dalam negeri," ujarnya.

Evy Haryadi, Direktur Perencanaan Korporat PLN, mengatakan bahwa problem utama dari pemanfaatan gas adalah terkait lokasi penyerap gas untuk pembangkit listrik tenaga gas ini berada di daerah terisolasi dan kapasitas pembangkit yang dibutuhkan juga tidak terlalu besar.

Oleh karena itu, salah satu upayanya yaitu melalui unit regasifikasi dan terminal LNG skala kecil. Untuk mengamankan pasokan gas ini, maka menurutnya diperlukan komitmen dari jauh-jauh hari dengan produsen gas.

Pihaknya pun berharap pemanfaatan gas untuk pembangkit listrik ini juga diharapkan bisa menekan impor Bahan Bakar Minyak (BBM) dan bisa menekan ongkos produksi menjadi lebih murah. Namun, karena harga infrastruktur LNG, khususnya regasifikasi ini besar, sehingga menurutnya biaya pembangkitan juga mahal.

"Karena setiap volume di setiap lokasi itu kecil, maka total listrik di tambah gas, jatuhnya lebih mahal dari diesel," imbuhnya.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, status 1 Januari 2020, potensi cadangan gas nasional mencapai 62,4 triliun kaki kubik (TCF), dan cadangan terbukti mencapai 43,6 TCF. Dengan jumlah tersebut, ini bisa untuk mencukupi 19,9 tahun produksi ke depan. Sementara potensi cadangan minyak nasional 4,17 miliar barel dan cadangan terbukti minyak hanya 2,44 miliar barel atau hanya cukup untuk 9,5 tahun.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tingkatkan Penjualan LNG Domestik, PGN-PIS Sepakat Kerja Sama

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular