Nasib Holywings dkk: Omzet Anjlok 90%, Gaji Pegawai Tak Penuh

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
02 September 2021 16:02
Petugas membersihkan meja makanan di Restoran di Kawasan Benhil, Jakarta, Selasa 6/4. Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jakarta ingin pemerintah meningkatkan kapasitas jumlah pengunjung yang bisa makan di tempat alias dine in di tempat makan menjadi 75 persen saat masa buka bersama (bukber) puasa sepanjang Ramadan. Saat ini, kapasitas pengunjung dine in hanya boleh 50 persen. Kebijakan ini diterapkan karena pemerintah masih melangsungkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro. Terkait hal ini, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta Gumilar Ekalaya mengatakan belum ada perubahan aturan terkait kapasitas jam operasional restoran saat momen buka puasa bersama seperti dikutip CNN Indonesia. Namun, pemerintah tetap membuka masukan dari pengusaha. Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta, Gumilar Ekalaya juga mengatakan pihaknya tidak melarang pelaksanaan kegiatan buka puasa bersama (bukber) di restoran atau rumah makan di masa pandemi Covid-19. Menurut Gumilar, waktu pelaksanaan kegiatan bukber tidak melanggar ketentuan dalam PPKM Mikro. Meski tidak melarang, Gumilar mengingatkan kegiatan buka bersama harus tetap menerapkan protokol kesehatan. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Restoran. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bisnis bar-resto Holywings mengalami tekanan kuat selama 1,5 tahun terakhir.  Padahal, di waktu normal tempat ini selalu ramai, utamanya kala akhir pekan.

"Holywings kan kafe dan resto, tempat nongkrong, kita jujur di atas 90% penurunannya, di atas 90%. Karyawan kita gaji meski nggak full. Jadi sebagai pelaku usaha kafe semasa PPKM kita super suffering," kata Co-Founder Holywings, Ivan Tanjaya, kala mendampingi Wakil Menteri Perdagangan, Jerry Sambuaga, saat Site Visit ke sejumlah restoran di Bilangan Menteng, Rabu (1/9/2021).

Kondisi serupa juga terjadi pada bar & resto lainnya, yakni Ms. Jackson yang berlokasi di Senopati, Jakarta Selatan. Co-Founder Ms Jackson, Vinnie K Rumbayan, mengungkapkan harus menghadapi kondisi sulit ini. Di sisi lain, banyak juga karyawan yang menggantungkan hidupnya pada usaha tersebut.

"Ms Jackson sama beberapa kafe pada saat itu hampir 200 karyawan kami rumahkan, tapi mau nggak mau kita gaji karena nggak bisa di PHK. Jadi kalau hitung profit and loss mending dirumahkan daripada dipecat, jadi mau nggak mau. Pendapatan loss hampir 90% kurang lebih," jelasnya.

Pelaku usaha harus pintar-pintar untuk mencari cari dalam membuka peluang baru, salah satunya mengoptimalkan penjualan online atau daring. Melalui cara ini, ada omset yang bisa diperoleh, meskipun belum tentu akan banyak.

"GIOI pendapatan kami turun mungkin 70%-80% Tapi masih mengandalkan delivery ya jadi bagaimana sebisa mungkin memberdayakan karyawan yang ada," kata Founder GIOI Anthony Sadeli.

Peluang untuk meningkatkan omzet muncul setelah Pemerintah melonggarkan aturan dine in atau makan di tempat pada resto maupun cafe dengan tetap menjaga protokol kesehatan. Hal ini bisa menjadi titik balik bagi industri F&B.

"Kita lihat ada tren penurunan kasus Covid-19 sebagaimana disampaikan Pak Luhut (Menko Marves). Dan ada pelonggaran ketentuan di mana bisa dine in di resto dengan kapasitas 50% dan tetap menjaga jarak," kata Jerry Sambuaga, saat ditemui di Resto GIOI, Menteng.


(wed/wed)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article KFC 'Berdarah-Darah', Sudah 1.600 Restoran Lain Bertumbangan!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular