Toyota Hingga Perusahaan Inggris Incar Harta Karun Langka RI

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
Kamis, 02/09/2021 13:55 WIB
Foto: Logam Tanah Jarang

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia ternyata memiliki "harta karun" super langka yang diincar banyak negara karena manfaatnya yang luar biasa di era modern saat ini.

"Harta karun" terpendam ini bernama logam tanah jarang (LTJ) atau rare earth element. Komoditas ini dinamai logam tanah jarang karena didasarkan pada asumsi yang menyatakan bahwa keberadaan logam tanah jarang ini tidak banyak dijumpai. Namun pada kenyataannya, LTJ ini melimpah, melebihi unsur lain dalam kerak bumi.

Meski Indonesia belum menggarap logam tanah jarang ini sama sekali, namun potensinya cukup besar hingga membuat sejumlah calon investor datang untuk menjajaki investasi logam tanah jarang di Indonesia.


Sukhyar, Mantan Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Dirjen Minerba) dan Eks Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan selama ini ada beberapa calon investor dari berbagai negara yang berkeinginan untuk menggarap logam tanah jarang Indonesia.

Dia menyebut, raksasa otomotif asal Jepang Toyota, hingga perusahaan China dan Inggris pernah datang dan menyatakan minat untuk menjajaki potensi logam tanah jarang Indonesia.

"Banyak calon investor yang mau garap LTJ Indonesia, misalkan Toyota pernah datang ke Timah, lalu ada juga dari China, Inggris," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, dikutip Kamis (02/09/2021).

Secara keterdapatannya, mineral-mineral yang mengandung LTJ seperti monasit, zirkon dan xenotim merupakan mineral ikutan dari mineral utama seperti
timah, emas, bauksit dan laterit nikel, sehingga dalam pengelolaannya tidak dapat disamakan dengan pengelolaan komoditas mineral pada umumnya.

Sukhyar mengatakan, monasit ini banyak terdapat di daerah kaya akan timah seperti Bangka Belitung. Monasit ini bisa dikatakan sebagai produk sampingan dari mineral timah.

Setiap 1 ton monasit, menurutnya terdapat kandungan logam tanah jarang teroksidasi atau rare earth oxide sekitar 60% atau sekitar 600 kilo gram (kg).

"Konon kabarnya PT Timah sudah bisa mengumpulkan 1.000-2.000 ton monasit per tahun. Itu paparan PT Timah di Lemhanas minggu lalu. berarti dikalikan 60% aja untuk kandungan rare earth oxide-nya," ungkapnya.

Karena selama ini dikategorikan sebagai mineral radioaktif dan harus mengikuti kaidah ketenaganukliran, maka menurutnya kini pemerintah berencana mengubah PP No.23 tahun 2010 tersebut, sebagaimana diubahnya Undang-Undang No.4 tahun 2009 tentang Mineral dan Batu Bara (UU Minerba) menjadi UU No.3 tahun 2020 tentang Minerba, dan berencana mengeluarkan monasit dari kategori mineral radioaktif.

"Dalam rancangan PP yang baru, turunan UU No.3 tahun 2020 tentang Minerba ini tampaknya mengeluarkan monasit dari kelompok radioaktif menjadi mineral biasa. Jadi kegiatan usaha pertambangannya ada di rezim UU No.3 tahun 2020 tentang Minerba, bukan lagi mengacu pada UU Ketenaganukliran," tuturnya.

Dia mengatakan, bila monasit ini sudah dianggap sebagai pertambangan mineral dan kegiatan usaha mengacu pada UU Minerba, maka diperkirakan akan ada Izin Usaha Pertambangan (IUP) monasit atau logam tanah jarang tersendiri, terpisah dari IUP timah atau mineral lainnya.

"Kalau udah gitu, orang akan masuk dan bukan lagi melihat monasit sebagai side product timah. Jangan-jangan malah ada IUP Monasit. Harapan saya begitu. atau IUP LTJ, bisa di Babel, Sibolga, Sulawesi, dan lain-lain. Jadi ada khusus IUP LTJ," tuturnya.

Foto: Logam Tanah Jarang
Logam Tanah Jarang

Logam tanah jarang merupakan bahan baku peralatan berteknologi canggih, mulai dari baterai, telepon seluler, komputer, industri elektronika hingga pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/ Angin (PLTB). Selain itu, bisa juga untuk bahan baku kendaraan listrik hingga industri pertahanan atau peralatan militer.

Adapun negara pemilik cadangan terbesar logam tanah jarang di dunia yaitu China. Tak hanya itu, China bahkan produsen logam tanah jarang terbesar di dunia. Namun selain China, ada beberapa negara lainnya yang juga memiliki cadangan besar logam tanah jarang ini, antara lain Amerika Serikat, Rusia, Asia Selatan, Afrika bagian selatan, dan Amerika Latin.

Indonesia memang belum memiliki data utuh terkait total sumber daya logam tanah jarang ini karena masih minimnya penelitian terkait LTJ di Tanah Air. Namun berdasarkan buku "Potensi Logam Tanah Jarang di Indonesia" oleh Pusat Sumber Daya Mineral, Batu Bara dan Panas Bumi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada 2019, sumber daya logam tanah jarang yang berhasil diteliti di beberapa wilayah tercatat mencapai 72.579 ton, berasal dari endapan plaser dan endapan lateritik.

Logam tanah jarang (LTJ) ini merupakan salah satu dari mineral strategis dan termasuk "critical mineral" yang terdiri dari 17 unsur, antara lain scandium (Sc), lanthanum (La), cerium (Ce), praseodymium (Pr), neodymium (Nd), promethium (Pm), samarium (Sm), europium (Eu), gadolinium (Gd), terbium (Tb), dysprosium (Dy), holmium (Ho), erbium (Er), thulium (Tm), ytterbium (Yb), lutetium (Lu) dan yttrium (Y).


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Menambang Harapan, Dari UMKM Hingga Reklamasi & Pendidikan