Fakta 'Harta Karun' Super Langka RI, BUMN Ini Siap Garap

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
30 August 2021 09:50
Rare earth element atau yang juga dikenal dengan sebutan logam tanah jarang (LTJ) . (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Rare earth element atau yang juga dikenal dengan sebutan logam tanah jarang (LTJ) . (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - RI punya banyak anugerah sumber daya alam seperti pertambangan. Beberapa sumber daya alam sektor pertambangan yang dimiliki Indonesia yakni nikel, emas, tembaga, batu bara, maupun timah.

Namun selain itu, RI juga dianugerahi sumber alam pertambangan yang belum dikembangkan yakni logam tanah jarang (LTJ) atau Rare Earth Element. "Harta karun"
ini dinamai logam tanah jarang karena didasarkan pada asumsi yang menyatakan bahwa keberadaan logam tanah jarang ini tidak banyak dijumpai.



LTJ ini melimpah dibandingkan dengan unsur lain dalam kerak bumi. Sumber daya LTJ memiliki banyak manfaat dan bisa digunakan sebagai bahan baku dari berbagai peralatan yang membutuhkan teknologi modern saat ini.

Di antara sebagai bahan baku untuk baterai, telepon seluler, komputer, industri elektronika hingga pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/ Angin (PLTB). Lalu, bisa juga untuk bahan baku industri pertahanan hingga kendaraan listrik.

Mengutip buku "Potensi Logam Tanah Jarang di Indonesia" yang diterbitkan Badan Geologi Kementerian ESDM 2019, logam tanah jarang (LTJ) merupakan salah satu dari mineral strategis dan termasuk "critical mineral". Terdiri dari kumpulan dari unsur-unsur scandium (Sc), lanthanum (La), cerium (Ce), praseodymium (Pr), neodymium (Nd), promethium (Pm), samarium (Sm), europium (Eu), gadolinium (Gd), terbium (Tb), dysprosium (Dy), holmium (Ho), erbium (Er), thulium (Tm), ytterbium (Yb), lutetium (Lu) dan yttrium (Y).

Keterdapatan LTJ umumnya dijumpai dalam sebaran dengan jumlah yang tidak besar dan menyebar secara terbatas. Seperti halnya thulium (Tm) dan lutetium (Lu), kedua unsur ini merupakan dua unsur yang terkecil kelimpahannya di dalam kerak bumi, tetapi 200 kali lebih banyak dibandingkan kelimpahan emas (Au).

Meskipun demikian, unsur-unsur tersebut sangat sukar untuk ditambang karena konsentrasinya tidak cukup tinggi untuk ditambang secara ekonomis. Ketujuh belas unsur logam ini mempunyai banyak kemiripan sifat dan sering ditemukan bersama-sama dalam satu endapan secara geologi.

Sejumlah mineral yang mengandung LTJ seperti monasit, zirkon, dan xenotim, merupakan mineral ikutan dari mineral utama seperti timah, emas, bauksit, dan laterit nikel. Tidak hanya itu, ternyata logam tanah jarang juga berpotensi terdapat pada batu bara.

Halaman 2>>

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor pertambangan RI yakni PT Timah Tbk (TINS) saat ini tengah melakukan penjajakan dengan salah satu perusahaan Eropa untuk menggarap LTJ. Hal tersebut disampaikan Sekretaris Perusahaan PT Timah Abdullah Umar Baswedan.

"Eropa," ucapnya kepada CNBC Indonesia, Kamis (26/08/2021), saat ditanya dari mana calon mitra PT Timah Tbk untuk menggarap logam tanah jarang.

Akan tetapi, pihaknya belum bersedia menyampaikan nama perusahaan asal Eropa yang berpotensi menjadi mitra PT Timah untuk menggarap "harta karun" super langka ini.

"Maaf saya belum bisa share (nama perusahaannya)," lanjutnya.

Adapun kriteria calon mitra yang dicari adalah perusahaan yang memiliki teknologi yang terbukti bisa mengolah bijih LTJ menjadi logam.

"Kita saat ini sedang mencari partner dan menjajaki beberapa perusahaan yang memiliki teknologi proven untuk pengolahannya menjadi logam," ungkapnya.

Dia mengatakan, sebagai produsen timah, pihaknya tertarik untuk mengembangkan logam tanah jarang ini karena ini merupakan mineral ikutan dari mineral timah.

"Mineral tanah jarang adalah mineral ikutan timah," tuturnya.

Sampai saat ini Indonesia belum memiliki data yang utuh mengenai total sumber daya logam tanah jarang ini karena masih minimnya penelitian dan survei geologi terkait LTJ di Tanah Air.

Akan tetapi berdasarkan buku "Potensi Logam Tanah Jarang di Indonesia" oleh Pusat Sumber Daya Mineral, Batu Bara dan Panas Bumi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada 2019, sumber daya logam tanah jarang yang berhasil diteliti di beberapa wilayah tercatat mencapai 72.579 ton, berasal dari endapan plaser dan endapan lateritik.

Endapanplaser ini banyak dijumpai pada lokasi kaya sumber daya timah seperti di Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung, dan selatanKalimantan Barat.



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular