Pasukan AS Resmi Tinggalkan Afghanistan, What's Next?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
31 August 2021 20:10
Bandara udara internasional Kabul di Afganistan mencekam. Mengutip video Reuters, ribuan orang memenuhi bandara tersebut Minggu (15/8/2021) malam waktu setempat. (Dok: tangkapan layar Twitter Nicola Careem)
Foto: Bandara udara internasional Kabul di Afganistan mencekam. Mengutip video Reuters, ribuan orang memenuhi bandara tersebut Minggu (15/8/2021) malam waktu setempat. (Dok: tangkapan layar Twitter Nicola Careem)

Nasib Bandara Kabul

Selama dua minggu terakhir, militer AS telah mengamankan dan mengoperasikan Bandara Internasional Hamid Karzai Kabul dengan hampir 6.000 tentara.

Sepeninggal AS, Taliban sedang dalam pembicaraan dengan pemerintah seperti Qatar dan Turki untuk mencari bantuan guna melanjutkan operasi penerbangan sipil dari sana, satu-satunya cara bagi banyak orang untuk meninggalkan Afghanistan.

Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan pada Minggu bahwa perbaikan perlu dilakukan di bandara Kabul sebelum dapat dibuka kembali untuk penerbangan sipil.

Turki, yang merupakan bagian dari misi NATO, bertanggung jawab atas keamanan di bandara tersebut selama enam tahun terakhir. Menjaga bandara tetap terbuka setelah pasukan asing menyerahkan kendali sangat penting tidak hanya bagi Afghanistan untuk tetap terhubung dengan dunia, tetapi juga untuk menjaga pasokan dan operasi bantuan.


Ancaman dari ISIS

Ancaman dari ISIS juga menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh AS dan Taliban. Muncul pertanyaan tentang bagaimana AS dan Taliban dapat berkoordinasi dan bahkan berpotensi berbagi informasi untuk melawan kelompok tersebut.

Islamic State Khorasan (ISIS-K), dinamai menurut istilah bersejarah untuk wilayah tersebut, pertama kali muncul di Afghanistan timur pada akhir 2014 dan dengan cepat menebar kebrutalan ekstrem dengan dalih agama.

Kelompok itu mengaku bertanggung jawab atas pemboman bunuh diri 26 Agustus di luar bandara yang menewaskan 13 tentara AS dan sejumlah warga sipil Afghanistan.

AS telah melakukan setidaknya dua serangan pesawat tak berawak terhadap kelompok itu dan Biden mengatakan pemerintahannya akan terus membalas serangan itu.

ISIS adalah musuh bebuyutan Taliban. Namun para pejabat intelijen AS yakin gerakan itu menggunakan ketidakstabilan yang menyebabkan runtuhnya pemerintah Afghanistan yang didukung Barat sekarang. Ini dilakukan untuk memperkuat posisinya dan meningkatkan perekrutan anggota Taliban yang kehilangan haknya.

(wia)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular