Utang RI Menumpuk, Bagaimana Cara Bayarnya Bu Sri Mulyani?

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
30 August 2021 10:45
Infografis: Tak Cuma Jababeka, Emiten ini Juga Tak Bisa Bayar Utang
Foto: Infografis/Tak Cuma Jababeka, Emiten ini Juga Tak Bisa Bayar Utang/Arie Pratama

Ekonom Institut Pertanian Bogor (IPB), Profesor Noer Azam Achsani mengatakan ada kekhawatiran saat ini pemerintah terjebak skema ponzi atau 'gali lubang tutup lubang' alias berhutang untuk membayar utang yang lama.

Menurut Noer Azam, ada 3 syarat agar utangs ebuah negara bisa berkelanjutan dan tidak menyebabkan krisis. Syarat tersebut adalah maksimal 60% debt to GDP (utang terhadap PDB), tidak boleh skema ponzi, dan utang dikembalikan ke solvabilitas.

"Saya melihat hanya nomor 1 (maksimal 60% debt to GDP) di RI. Sementara nomor 2-3 tidak terpenuhi," ujarnya.

Lebih rinci Noer Azam mengatakan, bahwa utang Indonesia saat ini memang sebagian adalah utang lama. Namun, ada kecenderungan bahwa Surat Berharga Negara (SBN) yang diterbitkan pada 2018-2020 memiliki porsi sebesar 67% dari SBN jatuh tempo pada 2025.

"Bila dihitung dari 2015, porsinya naik jadi 80%. Semakin ke sini, makin pendek utang-utang kita. Ini yang membuat kekhawatiran dalam jangka panjang. Agak rawan, harus hati-hati," ujarnya.

"Kita (Indonesia) ini ibarat naik bisa bus jalan kencang di jalan tol. Tanda-tanda terlihat ada banyak masalah. Untuk itu sebaiknya kita parkir dulu di rest area, parkir dulu. Bila semua sudah aman baru kita berjalan lebih jauh," ujarnya.

Problem yang lain, menurutnya, adalah penerimaan pajak Indonesia mayoritas tidak mencapai target sejak tahun 2000. Sementara itu, tax ratio terhadap GDP Indonesia juga terus menurun.

"Bu Sri Mulyani bilang, kita sanggup bayar utang kalau rakyat bayar pajak. Masalahnya penerimaan pajak trennya turun. Meskipun ada tax amnesty," ujarnya.

Apalagi, tuturnya, penerbitan SBN saat ini tidak diberikan underlying yang spesifik dalam proyek produktif tertentu. Semua utang dimasukkan dalam penerimaan negara dan penggunaannya tidak spesifik seperti jaman dahulu.

"Memang kalau utang digunakan untuk sesuatu clear maka dampak akan terasa. yang agak repot dan agak mengkhawatirkan bahwa utang untuk bayar utang. Padahal harusnya solvabilitas. kalau untuk bayar utang maka akan jadi skema ponzi," ujarnya.

(mij/mij)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular