Pak Jokowi Benar, Indonesia Jangan Lagi Menjual Tanah Air!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
27 August 2021 09:25
Presiden RI Jokowi di acara Sarasehan 100 Ekonom (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Presiden RI Jokowi di acara Sarasehan 100 Ekonom (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali mengutarakan keinginan agar Indonesia menjadi negara produsen yang menciptakan nilai tambah. Oleh karena itu, Kepala Negara ingin ekspor bahan mentah tanpa nilai tambah dikurangi secara bertahap dan pada akhirnya berhenti sama sekali.

"Hilirisasi, sudah kita mulai setop ekspor bahan mentah nikel, kemudian semuanya harus dihilirisasi. Tak hanya nikel saja, ke depan kita juga akan mulai untuk bauksitnya, mulai emasnya, tembaganya, hilirisasi sawitnya, sebanyak mungkin turunan-turunan dari bahan mentah itu bisa jadi minimal barang setengah jadi, syukur-syukur bisa jadi barang jadi," papar Jokowi dalam acara Sarasehan 100 Ekonom, kemarin.

Saat ini ekspor Indonesia memang masih mengandalkan komoditas alias bahan mentah. Menurut kajian HSBC, produk primer menguasai pangsa ekspor Indonesia dengan porsi sekitar 60%.

Dua komoditas andalan ekspor Indonesia adalah minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) dan batu bara. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor lemak dan minyak hewan/nabati (yang didominasi CPO) pada Januari-Juli 2021 adalah US$ 16,59 miliar atau 14,59% dari total ekspor non-migas.

Kemudian ekspor bahan bakar mineral (yang didominasi batu bara) pada tujuh bulan pertama 2021 adalah US$ 15,06 miliar. Angka ini adalah 13,23% dari total ekspor non-migas.

ekspor

Halaman Selanjutnya --> Apa Kabar Bauksit Indonesia?

Bagaimana dengan bauksit yang disebut Jokowi? Sepanjang 2020, BPS melaporkan nilai ekspor bauksit adalah US$ 21.824. Anjlok 97,01% dibandngkan tahun sebelumnya.

China menjadi negara pembeli bauksit terbesar dari Indonesia. Nilai ekspor bauksit Indonesia ke Negeri Tirai Bambu tahun lalu adalah US$ 14.423.

Oleh karena itu, ada ruang bagi Indonesia untuk mengolah potensi bauksit nasional menjadi produk jadi atau setengah jadi. Sebab ternyata menjual bauksit mentah tidak terlalu mendatangkan cuan, nilainya bak butiran debu dibandingkan total ekspor non-migas yang mencapai lebih dari US$ 100 juta.

Data US Geological Survey (USGS) menyebutkan, produksi bauksit Indonesia pada 2018 adalah 7.100 ton. Hanya 2,37% dari total produksi dunia.

Sedangkan cadangan bauksit Indonesia diperkirakan sebanyak 1,2 juta ton. Hanya 4% dari total cadangan bauksit global.

Jadi, sepertinya dunia tidak akan terlalu kehilangan jika bauksit Indonesia hilang di pasaran. Malah Indonesia bisa memanfaatkan bauksit untuk membangun indsutri dalam negeri.

tambang

Halaman Selanjutnya --> CPO dan Batu Bara Indonesia Nomor 1 Dunia

Namun untuk CPO dan batu-bara, akan berbeda ceritanya. Dunia bakal kehilangan kalau Indonesia memutuskan untuk tidak lagi menjual CPO dan batu bara mentah.

Data International Energy Agency menyebut, Indonesia adalah negara eksportir batu bara terbesar dunia. Pada 2019, ekspor batu bara Indonesia mencapai 455 juta ton.

China lagi-lagi menjadi pembeli terbanyak dengan 308 juta ton. Disusul India dengan 249 juta ton. Sejak tahun lalu, Negeri Panda meningkatkan pembelian batu bara dari Indonesia karena hubungan dengan Australia sedang kurang harmonis.

Demikian pula dengan CPO. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyebut volume ekspor CPO Indonesia pada 2020 adalah 37,3 juta ton. Indonesia menjadi negara pengekspor CPO terbesar dunia dengan pangsa 55% di pasar global.

Jadi kalau Indonesia memutuskan tidak lagi (atau minimal) mengurangi ekspor CPO dan batu bara mentah, maka dunia bisa terguncang. Pasokan akan turun drastis.

Dalam jangka pendek, mungkin Indonesia akan merugi karena nilai ekspor menukik tajam. Apa boleh buat, sudah puluhan tahun Indonesia terbiasa mengekspor CPO dan batu bara mentah, sehingga kalau dikurangi tentu haslnya signifikan.

Namun dalam jangka panjang, kepentingan nasional akan terlindungi. Indonesia bisa menjadi negara yang menciptakan keunggulan kompetitif, bukan sekadar komparatif. Indonesia akan menjadi negara yang berdaya saing karena memiliki industri dalam negeri dengan penciptaan nilai tambah.

Pak Jokowi benar. Sudah saatnya Indonesia tidak hanya menjual kekayaan Tanah Air bulat-bulat, utuh, tanpa diolah. Indonesia bisa lebih baik dari itu.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular