Sarasehan 100 Ekonom

3 Sifat APBN Era Pandemi: Antisipatif, Responsif, Fleksibel

Cantika AP Noveria, CNBC Indonesia
Kamis, 26/08/2021 10:49 WIB
Foto: Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara di acara Sarasehan 100 Ekonom (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) membuat pemerintah mengubah pendekatan dalam mengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Saat aspek kesehatan dan sosial-ekonomi terpukul akibat pandemi, APBN harus 'tampil beda'.

Suahasil Nazara, Wakil Menteri Keuangan, mengatakan sifat APBN pada masa pandemi virus corona bisa digambarkan dalam tiga kata. Antisipatif, responsif, dan fleksibel.

Antisipatif adalah mengenali risiko dan segala bentuk ketidakpastian karena pandemi. Apalagi kemudian hadir virus corona varian delta, yang jauh lebih menular dari sebelumnya.


"Pada 2021 ini, APBN telah empat kali refocusing. Belanja kementerian dan transfer ke daerah kita setel ulang. Kita berhemat tanpa tunjangan kinerja, hemat Rp 15 triliun. Ketika varian delta, kita naikkan anggaran PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional), awal tahun Rp 699 triliun dan kita ubah ke Rp 744 triliun. Refocusing terus-menerus," papar Suahasl dalam acara Sarasehan 100 Ekonom secara virtual, Kamis (26/8/2021).

Responsif, lanjut Suahasil, adalah proses penganggaran yang diubah. Sebelumnya, APBN ditetapkan setahun sekali oleh pemerintah dan DPR. Dengan ketidakpastian akibat pandemi virus corona, pemerintah meminta penyesuaian dengan Perppu No 1/2020 yang kemudian ditetapkan dengan UU No 2/2020.

"Kita minta izin ke politik, boleh melakukan adjustment tanpa melewati APBN-Perubahan tetapi tetap konsultasi ke DPR. Politik adalah bagian dari kebijakan negara," sebut Suahasil.

Sementara fleksibel, demikian Suahasil, adalah mengubah postur APBN sesuai dengan dinamika yang terjadi. "Kita bersyukur politik memberikan dukungan. Apresiasi, arahan, dan guidance dari politik kita ini mungkin luput dari teman-teman ekonom," tuturnya.

Dengan tiga karakter tersebut, menurut Suahasil, APBN berhasil menjadi motor perekonomian nasional saat rumah tangga dan dunia usaha kesusahan. "Ketika konsumsi negatif, ekspor-impor negatif, hanya APBN yang bisa memberikan dampak positif," katanya.


(aji/aji)
Saksikan video di bawah ini:

Video: APBN Mei 2025 Defisit Rp 21T, Menkeu Klaim Masih Kecil