
Bukan 1.000%, Kasus Corona di Amerika Meroket Nyaris 3.000%!

Perkembangan ini membuat berbagai pihak khawatir, tidak terkecuali bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed). Dalam notula rapat (minutes of meeting) edisi Juli 2021, Ketua Jerome 'Jay' Powell dan kolega menyebut penyebaran virus corona varian delta adalah risiko yang nyata bagi perekonomian Negeri Adikuasa. Virus corona varian delta bisa membuat pembukaan kembali aktivitas dan mobilitas masyarakat (reopening) tertunda sehingga memperlambat proses pemulihan ekonomi.
"Penyebaran virus corona varian delta akan menunda reopening dan membatasi penciptaan lapangan kerja" sebut notula rapat Komite Pengambil Kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC).
Meski demikian, Penasihat Kesehatan Presiden AS Anthony 'Tony' Fauci menegaskan pemerintah belum mempertimbangkan opsi karantina wilayah (lockdown) seperti tahun lalu. Menurut Fauci, populasi warga AS yang sudah divaksin membuat kebijakan lockdown belum perlu diterapkan.
"(Jumlah penduduk yang divaksin) memang belum cukup untuk mencegah penyebatran. Namun saya yakin ini sudah cukup untuk membuat kita bisa menghindari situasi seperti tahun lalu (lockdown)," tegas Fauci dalam wawancara bersama ABC, seperti dikutip dari Reuters.
Mengutip catatan Our World in Data, jumlah penduduk AS yang sudah mendapatkan vaksin anti-virus corona dosis penuh per 17 Agustus 2021 adalah 168,9 juta orang. Di sini, AS menempati peringkat pertama.
![]() |
Namun, dengan AS adalah negara berpenduduk ketiga terbanyak dunia dengan populasi lebih dari 330 juta jiwa. Jadi walau sudah memberikan vaksin dosis penuh kepada hampir 169 juta orang, jumlah itu baru 50,5% dari total populasi.
Target vaksinasi adalah untuk mencapai kekebalan kolektif (herd immunity). Itu bisa dicapai apabila mayoritas penduduk sudah mendapatkan vaksin, porsinya 60-70%. So, AS memang belum bisa dibilang sudah mencapai herd immunity.
![]() |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)