Internasional

Pepet Taliban, Apa Sebetulnya Niat Xi Jinping di Afghanistan?

tahir saleh, CNBC Indonesia
11 August 2021 19:40
Afghanistan Taliban Gains
Foto: AP/Rahmat Gul

Lantas apa sebetulnya niat pemerintahan Xi Jinping di Afghanistan? Pizaro memandang, di balik "permukaan", kepentingan China untuk terlibat dalam upaya resolusi konflik iniĀ faktor ekonomi.

Afghanistan memiliki cadangan sumber daya alam terbesar di dunia yang belum dieksploitasi seperti tembaga, batu bara, kobalt, merkuri, emas, dan lithium, senilai lebih dari US$ 1 triliun.

Selain itu, kata Pizaro, China saat ini juga merupakan investor asing terbesar di negara tersebut bersaing dengan India. Oleh karena itu, stabilitas Afganistan adalah kunci keberhasilan proyek-proyek utama China di Asia Selatan dan Tengah.

"Koridor Ekonomi China-Pakistan adalah proyek unggulan China di kawasan itu dan kedua negara ingin melibatkan Afghanistan melalui jalur jalan raya dan kereta api. Oleh karena itu, China bersama Pakistan menekan koridor ekonomi (CPEC) yang merupakan bagian dari Belt Road Iniative (BRI). Inisiatif ini dibentuk sejak tahun 2013," jelasnya.

Di sisi lain, katanya, CPEC tidak hanya akan menguntungkan China dan Pakistan tetapi akan berdampak positif juga bagi Afghanistan, dan kawasan.

China juga berkepentingan menggandeng Pakistan minimal pada dua hal, yakni merintangi manuver ekonomi India di kawasan dan memastikan Taliban Pakistan tidak menyerang proyek CPEC.

Pakistan adalah sekutu China yang paling kuat dan China akan sangat bergantung pada Pakistan untuk memastikan proyek-proyeknya di Afghanistan dan secara regional aman.

"Itu sebabnya China telah menekan Pakistan untuk meyakinkan Taliban untuk lebih fleksibel, seperti yang dimanifestasikan oleh saran Wang bahwa China dan Pakistan harus terus memperkuat strategi koordinasi untuk memberikan pengaruh yang lebih positif pada proses perdamaian di Afghanistan," jelasnya.

Mengunci India

Menurut Pizaro, deal yang disepakati China dan Pakistan bernilai US$ 46 miliar atau setara dengan Rp 667 triliun (kurs Rp 14.500/US$) atau setara dengan 20% dari PDB Pakistan.

Oleh karena itu, alih-alih menjadi konflik antara Taliban dan Afghanistan an sich, situasi di negara Asia Tengah itu telah berubah menjadi pertarungan kawasan dengan melibatkan aliansi Rusia-China dan AS-India.

"Kepentingan geopolitik inilah yang menjadi faktor kedua masuknya China ke Afghanistan. Jika Afghanistan tidak stabil, kondisi ini berimbas kepada koridor Belt Road Iniative yang membuka peluang bagi India untuk menguasai kawasan."

Dengan demikian, katanya, ikhtiar minimal China adalah jangan sampai instabilitas Afghanistan membuka celah masuknya pesaing utama di kawasan.

Menurut catatannya, sejak invasi AS pada 2001, India mencoba menanamkan pengaruh di Afghanistan. Sejauh ini New Delhi sudah mengucurkan dana bantuan rekonstruksi senilai US$3 miliar atau setara Rp 45 triliun yang merupakan terbesar di kawasan.

Pada November 2020, India mengumumkan 150 proyek baru senilai USD 80 juta atau setara Rp 1,16 triliun di Afghanistan.

Bahkan sebelum berkuasa, para penguasa saat ini dan para penguasa di Kabul memiliki hubungan kuat dengan India.

Baik itu Presiden Ashraf Ghani, mantan kepala eksekutif Abdullah Abdullah, atau mantan presiden Hamid Karzai, semua telah tinggal di India selama bertahun-tahun di beberapa titik dalam kehidupan mereka.

"Di sinilah kemudian, India masuk untuk turut melakukan negosiasi dengan berbagai pihak, termasuk Taliban," jelasnya.

Dengan militer AS dan NATO dalam tahap akhir menarik pasukannya pada 11 September, India bersiap untuk masa-masa yang penuh gejolak. Ongkos mahal yang sudah dikeluarkan India tidak akan mereka biarkan begitu saja untuk membiarkan aliansi China-Pakistan menguasai Afghanistan."

NEXT: Faktor Ketiga Kenapa China Masuk

(tas/tas)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular