
Laba Melorot, Bos Softbank Akui Dapat Tantangan Berat China

Jakarta, CNBC Indonesia - Softbank group investasi asal Jepang baru saja merilis hasil kinerja keuangan kuartal II-2021 (Q2 2021). Hasilnya, perusahaan itu membukukan penurunan laba bersih pada periode waktu tersebut.
Mengutip AFP, laba bersih turun 39% dalam tiga bulan hingga Juni menjadi 761,5 miliar Yen (Rp 99 triliun). Dalam periode yang sama tahun lalu, perusahaan yang digawangi Masayoshi Son itu membukukan hingga 1,26 triliun Yen (Rp 164 triliun)
"Ini adalah penurunan laba yang signifikan, tetapi jika kami mengurangi pendapatan sementara terkait Sprint dan T-Mobile dari kedua tahun, hasilnya tidak terlalu buruk," ujar Son dikutip AFP, Selasa (10/8/2021).
Keuntungan investasi perusahaan itu paling banyak didulang oleh raksasa ride-sharing China Didi dan aplikasi pengiriman makanan Amerika Serikat (AS) DoorDash. Bahkan keuntungan itu bisa menutup beberapa kerugian investasi termasuk yang ada di raksasa e-commerce Korea Selatan Coupang.
Pada awal Juli, Didi meluncurkan IPO di New York. Ini merupakan langkah yang tidak disukai Pemerintah China yang ingin perusahaannya lepas dari dependensi AS. Tak lama berselang, Beijing mengumumkan penyelidikan terhadap perusahaan tersebut dengan alasan masalah keamanan siber dan memerintahkan aplikasinya dihapus dari beberapa platform toko aplikasi di China.
Son mengatakan bahwa hal ini menjadi bukti bahwa penurunan laba itu dipengaruhi tindakan China yang menindak usahanya dengan berat. Maka itu pihaknya akan tetap berhati-hati dalam beroperasi di Negeri Tirai Bambu pimpinan Presiden Xi Jinping.
"Kami ingin berhati-hati," katanya.
"Regulasi baru, aturan baru sedang diterapkan, jadi sampai diselesaikan kami ingin menunggu dan melihat. Dalam satu atau dua tahun, itu akan lebih jelas," katanya.
Son mengatakan SoftBank Group menghadapi "tantangan berat dalam hal investasi di China"
China di bawah Xi Jinping seringkali menindak beberapa perusahaan yang tidak sejalan dengan visi pemerintahnya. Selain Didi, perusahaan seperti Tencent, Ant Group, dan Pinduoduo juga pernah menjadi target lantaran dianggap kurang tanggap dalam membantu masyarakat bawah.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Luhut : Softbank Mundur Dari IKN Karena Kondisi Keuangan