Kematian Harian Akibat Covid di RI No 1 Dunia! PPKM Lanjut?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada 2 Agustus 2021 silam, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 berlanjut sampai 9 Agustus 2021. Hari ini adalah Hari H itu. So, apakah kebijakan ini akan kembali diperpanjang atau berhenti sampai di sini?
PPKM Level 4 (dan sang pendahulu PPKM Darurat( bertujuan untuk menekan laju penularan virus SARS CoV-2. Virus penyebab penyakit Coronavirus Disease-2019/Covid-19 ini masih menjadi ancaman bagi rakyat Ibu Pertiwi.
Apakah perpanjangan PPKM Level 4 berhasil memperlambat laju pandemi?
Ada kabar yang sedikit melegakan. Per 8 Agustus 2021, Kementerian Kesehatan melaporkan total jumlah pasien positif corona adalah 3.666.031 orang. Bertambah 26.415 orang dari hari sebelumnya, penambahan kasus positif terendah sejak 2 Agustus 2021.
Sepanjang 3-8 Agustus 2021, jangka waktu perpanjangan PPKM Level 4, rata-rata pasien positif bertambah 33.872 orang per hari. Turun dibandingkan rata-rata enam hari sebelumnya yaitu 37.144 orang setiap harinya.
![]() |
Satu lagi data yang memberikan kabar gembira adalah tingkat reproduksi efektif (Rt) virus corona. Jika Rt masih di atas satu, maka seorang pasien positif masih bisa menularkan ke orang lain. Ini membuat rantai penularan bukannya terputus tetapi semakin panjang sehingga pandemi sulit diakhiri,
Namun berdasarkan catatan Bonza per 9 Agustus 2021 pukul 02:13 WIB, kini tinggal 10 provinsi yang memiliki Rt lebih dari dan sama dengan 1. Artinya, laju penularan virus corona di sebagian besar provinsi sudah bisa dikendalikan. Apabila ini bisa terus diperbaiki, maka ada harapan Indonesia mampu 'menjinakkan' virus corona.
![]() |
Halaman Selanjutnya --> Kematian Akibat Covid-19 di Indonesa Tertinggi Dunia!
Akan tetapi, bukan berarti semua sudah baik-baik saja. Belum lama ini, Indonesia sempat menjadi negara dengan penambahan kasus positif harian terbanyak di dunia. Sekarang situasinya sudah membaik, tetapi masih cukup tinggi.
Pada 8 Agustus 2021, penambahan pasien positif 26.415 orang adalah yang terbanyak keempat di dunia. Hanya lebih baik dari Iran (39.619 orang), India (36.035 orang), dan Inggris (27.429 orang). Masih mengkhawatirkan.
![]() |
Angka kematian akibat Covid-19 bahkan lebih mencemaskan. Per 8 Agustus 2021, total jumlah pasien meninggal tercatat 107.096 orang. Bertambah 1.498 orang dari hari sebelumnya.
Dalam hal penambahan pasien meninggal, Indonesia masih yang tertinggi di dunia. Pada 8 Agustus 2021, tidak ada satu negara pun yang mencatatkan kematian lebih dari 1.000 orang dalam sehari.
![]() |
Selain itu, mobilitas masyarakat juga masih tinggi yang meningkatkan risiko penyebaran virus corona. Pemerintah menargetkan PPM bisa menekan mobilitas masyarakat setidaknya sampai 50% dari kondisi normal sebelum pandemi.
Namun sepertinya itu masih jauh panggan dari api. Mengutip data Apple Mobility Index, indeks mobilitas masyarakat Indonesia dengan mengemudi per 6 Agustus 2021 adalah 104,43.
Kalau angka indeks ini di atas 100, maka mobilitas masyarakat malah berada di atas sebelum masa pandemi. Artinya, mobilitas masyarakat bukannya berkurang malah menjadi-jadi dan berada di atas level sebelum pandemi. Jika terus seperti ini, maka risiko lonjakan kasus bisa kembali terjadi.
![]() |
Halaman Selanjutnya --> Aktivitas Manufaktur Merosot Akibat PPKM
Oleh karena itu, kalau melihat sudut pandang kesehatan dan keselamatan nyawa rakyat Indonesia, maka ada baiknya PPKM Level 4 kembali diperpanjang. Memang ada perbaikan, tetapi catatan negatif juga masih terpampang nyata. Pertaruhannya terlalu besar jika ada pelonggaran, yang dipertaruhkan adalah nyawa.
Akan tetapi, tentu ada pertimbangan lain yang juga penting yaitu aspek sosial-ekonomi. Tidak bisa dipungkiti bahwa PPKM Darurat yang berlanjut menjadi PPKM Level 4 membuat ekonomi Tanah Air 'lumpuh'.
Perlabatan ekonomi akibat PPKM sudah dirasakan oleh dunia usaha dan rumah tangga. Di level dunia usaha, aktivitas manufaktur yang diukur dengan Purchasing Managers' Index (PMI) melorot pada Juli 2021.
IHS Markit melaporkan PMI manufaktur Indonesia berada di 40,1 pada Juli 2021. Anjlok dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 53,5 sekaligus menjadi yang terendah sejak Juni tahun lalu.
![]() |
PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Kalau sudah di bawah 50, artinya dunia usaha sedang dalam fase kontraksi, tidak berekspansi. Juli 2021 menjadi kali pertama dalam sembilan bulan PMI manufaktur Indonesia terjerumus ke zona kontraksi.
Dari 36 negara yang dicakup oleh survei PMI manufaktur IHS Markit, skor 40,1 membawa Indonesia berada di urutan kedua terbawah. Hanya lebih baik dari Myanmar.
Sementara koreksi 13,4 poin dari Juni ke Juli 2021 adalah yang tedalam dari 36 negara tersebut. Artinya, efek dari pembatasan aktivitas dan mobilitas masyarakat terhadap sektor manufaktur paling parah terjadi di Indonesia. Wow...
![]() |
Halaman Selanjutnya --> PPKM Hambat Pertumbuhan Ekonomi
Kemudian dari sisi rumah tangga, PPKM membuat konsumsi dan daya beli masyarakat melambat. Ini terekam dari laju inflasi yang lambat.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pada Juli 2021 terjadi inflasi 0,08% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Sementara dibandingkan Juli 2020 (year-on-year/yoy), terjadi inflasi 1,52%.
Namun yang perlu menjadi perhatian adalah inflasi ini. Pos ini berisi barang dan jasa yang harganya sudah naik-turun. Saat inflasi inti melambat, artinya dunia usaha memilih untuk menahan diri menaikkan harga karena khawatir produknya tidak bisa terjual. Jadi, inflasi inti menggambarkan daya beli masyarakat.
Pada Juli 2021, inflasi inti tercatat 1,4% yoy. Melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 1,49% yoy.
![]() |
Pada kuartal II-2021, ekonomi Indonesia tumbuh impresif yaitu mencapai 7,07% yoy. Ini adalah yang tertinggi sejak kuartal IV-2004.
Namun dengan adanya PPKM, prospek kuartal III-2021 sepertinya agak suram. Pemerintah melalui Kementerian Keuangan memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal III-2021 tumbuh 4-5,7%. Melambat signifikan dibandingkan kuartal sebelumnya.
"Penerapan PPKM Level 4 diperkirakan mengurangi aktivitas di perekonomian, khususnya yang identik dengan mobilitas seperti kegiatan konsumsi dan investasi. PPKM juga akan memberikan dampak ke sektor yang tergantung terhadap mobilitas masyarakat seperti perdagangan, transporasi, hotel dan restoran, serta akomodasi makan-minum. Oleh karena itu, kita semua memiliki kepentingan bersama untuk benar-benar mengendalikan varian delta Covid-19 yang akan memberikan downside risk ke outlook PDB paruh kedua 2021," jelas Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan, dalam konferensi pers pekan lalu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article 10 Hari PPKM Level 4: Kasus Corona Turun Sih, Tapi...
