Pandemi Covid-19, Ekonomi Meroket 7,07% & Prestasi Jokowi

Redaksi, CNBC Indonesia
06 August 2021 08:15
Pernyataan Presiden Joko Widodo terkait Perkembangan Terkini PPKM, Senin (2/8/2021). (Tangkapan Layar Youtube Sekretariat Presiden)
Foto: Pernyataan Presiden Joko Widodo terkait Perkembangan Terkini PPKM, Senin (2/8/2021). (Tangkapan Layar Youtube Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi covid-19 sudah memasuki bulan ke-17 di Indonesia. Situasi buruk yang amat panjang, menghantam kesehatan masyarakat, menjatuhkan ekonomi. Tak peduli dia si kaya bergelimang harta, atau si miskin dari balik gubuk.

Perjalanan pandemi juga tidak konstan. Di awal, secara perlahan kasusnya naik. Dari hitungan jari, puluhan ratusan hingga kini mencapai puluhan ribu dalam sehari.

Sempat beberapa kali kasus covid turun, sampai orang sudah tidak begitu merasakan kehadiran virus itu lagi. Masyarakat sudah tak ragu lagi untuk ke luar dan beraktivitas normal. Di saat liburan bahkan berani berkerumun.

Pemerintah pun demikian. Kebijakan yang diambil mengikuti perkembangan yang ada. Kasus naik maka mobilitas diperketat. Begitu turun, mobilitas dilonggarkan kembali. Presiden Joko Widodo (Jokowi) sering menyebutnya dengan istilah gas dan rem.

Setidaknya ada tiga kali rem ditarik oleh Jokowi. Pertama, sebulan setelah munculnya kasus covid. Kebijakan yang diambil adalah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Kedua usai liburan natal dan tahun baru dengan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mikro.

Ketiga adalah yang berlaku saat ini, karena lonjakan kasus pasca Lebaran dan kehadiran varian delta yang lebih ganas. Kebijakannya yaitu PPKM level 1 sampai 4 yang dibagi sesuai kondisi di daerah tersebut.

Kini kebijakan PPKM 1-4 itu masih berlaku. Sebulan berjalan kasus aktif masih di atas 500 ribu orang dengan tambahan 30.000 pasien positif setiap harinya. Korban meninggal mencapai 102 ribu orang dengan tambahan kini 1.500 - 2.000 per hari.

Infografis: Indonesia Darurat Corona (per 05 Agustus 2021)Foto: Infografis/Indonesia Darurat Corona (per 05 Agustus 2021)/Arie Pratama
Infografis: Indonesia Darurat Corona (per 05 Agustus 2021)

Halaman Selanjutnya >> RI Lompat dari Jurang Resesi

Rem pertama yang ditarik Jokowi pada kuartal II tahun lalu membuat ekonomi langsung jatuh -5,3%. Indonesia akhirnya mengikuti beberapa negara lain yang sebelumnya sudah lebih dulu masuk di zona resesi.

Kuartal berikutnya, ekonomi Indonesia beranjak pulih meskipun masih kontraksi. Situasi ini berlanjut sampai pada kuartal I-2021. Patut dipahami, setiap kali rem dilepas dan gas ditekan maka yang terjadi adalah kenaikan kasus positif covid.

Akhirnya pada kuartal II-2021 Indonesia berhasil keluar dari jurang resesi. Badan Pusat Statistik (BPS) kemarin mengumumkan pertumbuhan ekonomi tanah air mencapai 7,07%. Ini bahkan tertinggi sejak kuartal IV-2004 silam.

Ada dua faktor utama yang membuat ekonomi Indonesia tumbuh tinggi. Pertama adalah basis yang rendah (low-base effect).

Pada kuartal II-2020 yang menjadi perbandingan, PDB Indonesia mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) lebih dari 5% yoy karena pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Jadi kalau ada perbaikan sedikit saja pasti ada pertumbuhan yang tinggi.

Kedua, memang ada perbaikan dari berbagai aktivitas ekonomi. Konsumsi rumah tangga yang tumbuh 5,93% dan LNPRT tumbuh 4,12%. Indikasi ini awalnya sudah terlihat seiring dengan peningkatan mobilitas masyarakat.

Selanjutnya belanja pemerintah tumbuh 8,06%, investasi/PMTB tumbuh 7,54%, ekspor tumbuh 31,78% dan impor tumbuh 31,22%.

Hanya saja patut dipahami, bahwa raihan ini belum menggambarkan kondisi normal, yaitu sebelum adanya pandemi covid.

"Perekonomian sudah ada perbaikan namun ini belum kembali pada pra covid. Jadi perbaikan sudah ada, sudah positif, tapi pencapaiannya belum sama seperti pada kondisi normal. Tapi secara teknis, kita sudah keluar dari resesi," jelas Kepala BPS Margo Yuwono.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular