Dana PLTS Terapung Cirata Rp2 T Aman, Ini Pesan Pemerintah
Jakarta, CNBC Indonesia - Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata, Purwakarta, Jawa Barat berkapasitas 145 Mega Watt AC (MWAc) telah mengamankan pendanaan (financial close) pada 2 Agustus 2021.
Proyek PLTS yang diperkirakan bakal menjadi PLTS Terapung terbesar di Asia Tenggara ini diperkirakan akan menelan investasi sekitar US$ 145 juta atau sekitar Rp 2,1 triliun (asumsi kurs Rp 14.500 per US$) karena setiap 1 MW diperkirakan membutuhkan investasi sekitar US$ 1 juta. Sebelumnya, investasi proyek ini diperkirakan sekitar US$ 129 juta.
Adapun sumber pendanaan proyek ini sebesar 80% berasal dari lembaga keuangan (lender) dan 20% dari modal perusahaan. Ada tiga lembaga keuangan yang akan mendanai proyek ini yaitu Sumitomo Mitsui Banking Corporation, Societe Generale, dan Standard Charter Bank.
Pemerintah pun menyampaikan beberapa pesan atas capaian dari PLTS Terapung Cirata ini.
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pahala Nugraha Mansury mengatakan, dengan terbangunnya PLTS Terapung Cirata ini nantinya diharapkan akan menjadi model percontohan bagi daerah-daerah lainnya.
Selain itu, diharapkan ini juga menjadi salah satu langkah dalam mencapai target bauran energi baru terbarukan (EBT) 23% pada 2025 mendatang.
"Serta mendukung upaya-upaya kita semua untuk bisa mencapai pengurangan emisi secara signifikan di mana Indonesia sudah memiliki komitmen bisa menurunkan emisi karbon sampai dengan 29% pada 2030 nanti," ucapnya dalam konferensi pers hari ini, Selasa (03/08/2021).
Dia juga meminta agar PLTS Terapung Cirata bisa rampung sesuai target yakni pada November 2022 mendatang, sehingga eksekusinya harus dipastikan berjalan dengan lancar.
"Dan untuk itu kami juga mohon dukungan, tentunya dari Kementerian terkait dan juga dari Pemda setempat khususnya, dalam hal ini adalah dari Provinsi Jawa Barat," lanjutnya.
Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi/ Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Imam Soejoedi mengatakan, masuknya PLTS Terapung Cirata ke tahap financial close menjadi sentimen positif kepercayaan investor pada Indonesia.
"Kami apresiasi dari Kementerian Investasi dan BKPM. Kami dorong proyek green energy Indonesia. Indonesia canangkan 2045 masuk negara maju, diharapkan kita memiliki kemampuan gak hanya ekonomi, tapi juga dorong green economy," ucapnya.
Dia pun berpesan agar dalam mengerjakan proyek ini komponen dalam negeri diperhatikan. Menurutnya, proyek ini wajib memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sebesar 40%.
"Pak Menteri berikan amanah pada kami untuk menyampaikan agar proyek ini wajib TKDN 40% dan harus bisa berikan kemanfaatan bagi daerah sekitar," paparnya.
Pun dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana meminta agar proses penyelesaian proyek ini dikawal dengan baik, sehingga bisa rampung pada November 2022 mendatang.
"Proyek PLTS Terapung Cirata kami harap penyelesaiannya ini visa dikawal agar operasi komersial (commercial operation date/COD) November tahun depan," pintanya.
Pemerintah menurutnya punya target jangka panjang mencapai netral karbon pada tahun 2060. Energi surya menurutnya salah satu prioritas untuk mencapainya.
"Energi surya salah satu prioritas capai tujuan ini. Dengan pembangunan cepat dan makin kompetitif," imbuhnya.
(wia)