Menkes BGS: Stok Obat Covid Kosong Efek Kenaikan Permintaan

yun, CNBC Indonesia
Senin, 02/08/2021 15:30 WIB
Foto: Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (Tangkapan Layar Youtube Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - Lonjakan kasus Covid-19 sejak 1 Juni 2021 turut berimbas kepada peningkatan kebutuhan obat terapi penyakit itu. Demikian dipaparkan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam taklimat media virtual pada, Senin (2/8/2021).

"Obat yang banyak ditanyakan adalah tidak cukup atau tidak ada, kosong," ujar BGS, sapaan akrab Budi Gunadi Sadikin.

Dia mengaku sudah berbicara dengan GP Farmasi. Berdasarkan laporan, kapasitas produksi di pabrik-pabrik sudah dinaikkan hingga empat kali lipat. Namun, tetap tidak mampu mengejar lonjakan permintaan.


Menurut BGS, kecepatan produksi obat dengan permintaan obat tersebut tidak sesuai. Apalagi jika dilakukan impor bahan baku obat, produksi, distribusi ke apotek dan tahapan lainnya dibutuhkan waktu cukup lama, yaitu 4-6 minggu.

Kini pada pekan pertama Agustus 2021, BGS bilang sudah mulai banyak obat-obatan terapi Covid-19 yang masuk dan tersedia. Untuk itu, dia juga meminta lima organisasi kedokteran untuk mengkaji tata laksana Covid-19 yang sesuai dengan varian delta.

"Intervensi medisnya harus cepat dan komposisi obat yang digunakan berubah," kata BGS.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, kenaikan kebutuhan obat terapi Covid-19 terus mengalami kenaikan. Pertengahan hingga akhir Juni, permintaan obat Covid-19 mencapai 2-4 kali. Angkanya terus naik hingga pada 7 Juli sampai sekitar 15 Juli naik 8-12 kali. Adapun hingga akhir Juli sedikit menurun sebanyak 8 kali.

Untuk obat jenis Remdesivir terpantau mengalami kekurangan stok. Kebutuhan obat ini mencapai 2,06 juta sementara stok yang tersedia ada 504 ribu.

Kemenkes memperkirakan selama bulan Agustus bakal ada stok sebanyak 1,6 juta. Sayangnya, meski diperkirakan ada penambahan stok, tetap saja obat jenis Remdesivir ini masih mengalami kekurangan mencapai 384 ribu.


(yun/yun)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Kemenkes: Digitalisasi Bikin Layanan Kesehatan Lebih Hemat 20%