Jakarta, CNBC Indonesia - Berbeda dari tahun lalu, tidak banyak kekhawatiran muncul terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Semua tampak baik-baik saja, bahkan ketika kasus covid kembali meledak. Ternyata ada sang penyelamat.
"Tidak banyak yang perlu dikhawatirkan dari APBN. Outlook defisit tahun ini 5-5,7%," ungkap Economist & Fixed-income Research Bahana Sekuritas, Putera Satria Sambijantoro kepada CNBC Indonesia, Kamis (29/7/2021)
Data Kementerian Keuangan (Kemenkeu) hingga semester I-2021 penerimaan negara tumbuh 9,1% menjadi Rp 886,9 triliun. Pajak berhasil tumbuh positif 4,9% menjadi Rp 557,8 triliun, kepabeanan dan cukai tumbuh 31,1% menjadi Rp 122,2 triliun dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) tumbuh 11,4% menjadi Rp 206,9 triliun.
 Foto: APBN 2021 (Dok: Kemenkeu) APBN 2021 (Dok: Kemenkeu) |
Penerimaan tahun ini, kata Satria besar dipengaruhi oleh kenaikan harga minyak dan komoditas tambang lain seperti crude palm oil (CPO), batu bara, nikel, tembaga dan lainnya.
Tahun ini harga minyak bergerak di kisaran US$ 70 per barel. Batu bara juga dalam performa bagus, harganya berada di kisaran US$ 150/ ton dan CPO di level MYR 4.000/ton.
"Jadi harga komoditas di level sekarang sangat bagus buat penerimaan," jelasnya. Apabila terlalu tinggi, maka bisa berpengaruh negatif terhadap APBN, karena masih ada komponen subsidi energi walaupun tidak sebesar satu dekade lalu.
 Foto: APBN 2021 (Dok: Kemenkeu) APBN 2021 (Dok: Kemenkeu) |
Halaman Selanjutnya >> Ramalan APBN Akhir Tahun
Semester II-2021 kenaikan harga komoditas diperkirakan masih akan berlanjut, walaupun tidak terlalu dramatis. Hal ini dipengaruhi oleh pergerakan harga aset di pasar modal dan ekspektasi pertumbuhan global serta ancaman gelombang baru dari kasus covid-19.
Kepabeanan & Cukai hingga akhir tahun diperkirakan mampu terealisasi 104,3% dari target Rp 224,1 triliun atau tumbuh 5,2% dari tahun sebelumnya.
"Penerimaan bea keluar diperkirakan akan tetap jauh lebih tinggi dari targetnya di APBN. Bea masuk dan Cukai diharapkan juga akan mencapai target," ungkap Dirjen Bea Cukai Askolani kepada CNBC Indonesia.
Kondisi yang sama juga terjadi pada PNBP. Diperkirakan tumbuh 4% sehingga mencapai 119,9% dari target yang sebesar Rp 357,7 triliun
Penerimaan pajak tadinya diperkirakan 95,7% target atau lebih rendah sekitar Rp 53,3 T dari target. Namun tetap tumbuh 9,7%. Harga komoditas memberikan peran, khususnya pada profitabilitas perusahaan yang tercermin pada SPT tahunan. Selain itu juga mendorong penerimaan PPh 21, PPh 23 atau PPh final.
Hanya saja perkiraan penerimaan pajak perlu dievaluasi kembali seiring dengan adanya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) sejak awal Juli.
"Semester I penerimaan masih bagus, semester II masih akan terus dievaluasi melihat perkembangan," ungkap Yon Arsal Staf Ahli Bidang Kepatuhan Pajak kepada CNBC Indonesia.
 Foto: APBN 2021 (Dok: Kemenkeu) APBN 2021 (Dok: Kemenkeu) |
Direktur Eksekutif Pratama-Kreston Tax Research Institute (TRI) Prianto Budi Saptono meyakini penerimaan masih bagus meskipun adanya PPKM yang tengah berjalan dalam sebulan terakhir.
Sektor usaha yang sebelumnya tumbuh positif, yakni industri pengolahan, perdagangan, serta informasi dan komunikasi masih bisa diandalkan untuk bisa tumbuh positif
"Target penerimaan bisa terealisasi hingga sekitar 90% dari APBN 2021," paparnya.
Halaman Selanjutnya >> Utang 2021 Naik, Tapi Tidak Banyak!
Pemerintah juga memiliki amunisi lain dalam menjaga APBN. Adalah Saldo Anggaran Lebih (SAL) dari tahun lalu yang mencapai Rp 186,67 triliun.
Besarnya SAL tersebut merupakan peran dari burden sharing yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) pada tahun lalu. Di mana BI membantu pembiayaan dengan menanggung biaya imbal hasilnya.
Dari jumlah SAL yang ada sebanyak Rp 15,8 triliun sudah dialokasikan dalam UU APBN 2021. Nantinya SAL akan dipakai lagi sebanyak Rp 150,8 triliun.
Hal ini juga turut mengurangi pembiayaan utang tahun 2021. Tadinya diperkirakan ada pembiayaan sebesar Rp 1.177,4 triliun, namun akhirnya bisa dikurangi Rp219,3 T (18,6% dari APBN 2021).
"Jumlah SAL sangat besar dari tahun lalu. Pemanfaatan SAL akan banyak membantu pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan belanja," ujar Satria.
Maka dari itu investor cenderung melihat positif kondisi APBN sementara covid masih menggila. Tidak ada kepanikan. Terlihat dalam lelang surat berharga negara (SBN) dalam beberapa waktu terakhir yang laris manis.
Walaupun juga harus diakui ketidakpastian masih belum berakhir. Selain covid banyak ancaman lain perlu diwaspadai. Di antanya perkembangan ekonomi dari negara-negara maju.