Mayoritas Pengguna Transportasi DKI Tempuh 40 KM per Hari

Yuni Astutik, CNBC Indonesia
Rabu, 28/07/2021 15:45 WIB
Foto: Penumpang KRL di Stasiun Manggarai (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia- Mayoritas pengguna transportasi di Jabodetabek ternyata menempuh jarak lebih dari 20 kilometer dalam sekali perjalanan atau lebih dari 40 km dalam sehari.

Hal tersebut terungkap dalam hasil survei Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) yang disampaikan oleh Ketua DTKJ Haris Muhammadun dalam Forum Group Discussion 3 Pilar Integrasi dengan tema Masa Depan Transportasi Jakarta.

Survei tersebut menyatakan sebanyak 31,7% responden memiliki jarak tempuh di atas 20 km. Dengan demikian bila dihitung pulang pergi, maka jarak tempuh sehari di atas 40 km.


"Ini bisa dimaklumi karena pengguna KRL dan transportasi lain dari wilayah penyangga menuju Ibu Kota rata-rata di atas 20 km," ujar Haris.

Sementara itu, sebanyak 29,4% responden mengaku memiliki jarak tempuh antara 10-20 km. Adapun 27,3% responden memiliki jarak tempuh 5-10 km.

Hanya 11,6% responden yang memiliki jarak tempuh transportasi umum di bawah 5 km.

Untuk waktu tempuh, mayoritas atau 44,2% responden menyatakan menghabiskan 30-60 menit dalam satu kali perjalanan. Berikutnya sebanyak 35,6% responden menghabiskan antara 1 dan 2 jam.

Hanya 13,2% responden yang menempuh 30 menit dalam sekali perjalanan. Namun, ada 5,6% responden yang menghabiskan waktu 2-3 jam dan 1,4% lebih dari 3 jam.

Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan membuka Forum Group Discussion 3 Pilar Integrasi dengan temas Masa Depan Transportasi Jakarta.

Dalam sambutannya, Anies mengatakan pandemi selama 1,5 tahun ini telah memberikan pengalaman baru bagaimana mengelola transportasi umum yang bisa terjangkau secara wilayah, terjangkau secara pembiayaan, dan ramah lingkungan.

Dia berharap FGD ini bisa membantu memetakan mengidentifikasi dan mengantisipasi masalah transportasi yang ada di Jakarta

"Kami mendukung kegiatan ini semoga bisa memberikan saran dalam menyusun kebijakan transportasi Jakarta," ujarnya.

Sebagai informasi, DKI Jakarta akan memulai integrasi sistem pembayaran dalam transportasi umum. Bagi masyarakat, mereka akan mendapatkan berbagai kemudahan, keamanan, kenyamanan, kecepatan, serta tarif terjangkau untuk menggunakan antarmoda transportasi umum.

Selanjutnya, bagi perusahaan operator manfaatnya adalah dapat meningkatkan jumlah penumpang, bisnis proses yang dijalankan menjadi lebih efektif dan efisien, pengelolaan aset lebih efisien, serta seamless transaction. Bagi pemerintah sendiri adanya intergrasi ini akan menghasilkan kebijakan penerapan tarif yg tepat sasaran, mengurangi subsidi jangka panjang, mengurangi kemacetan, serta memperbaiki kualitas udara ibukota.

Tidak berhenti sampai ke integrasi transportasi, nantinya Jakarta akan memiliki transportasi umum yang terintegrasi secara sistem. Hal ini akan dilakukan di fase kedua yakni pada Maret 2022 melalui penerapan Mobility as a Service (MaaS). Layanan ini akan memberikan rekomendasi dan estimasi perjalanan bagi pengguna transportasi umum melalui Aplikasi JakLingko.

Nantinya lewat Aplikasi JakLingko akan diperluas integrasi nya dengan moda transportasi lain seperti Ojek online, Taxi online, pariwisata, tempat kuliner, dan ada berbagai diskon yang menarik yang bisa dimanfaatkan. Ahmad mengatakan dengan mengintegrasikan moda transportasi dan sistemnya, maka seperti layaknya negara maju yang dijadikan benchmark yakni Inggris, Korea Selatan, dan Hong Kong.


(dob/dob)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Siap-Siap! Tarif Parkir di Jakarta Bakal Naik