IDI Sebut Berbahaya, Tes Rendah Tapi Kasus Covid Tinggi

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Zubairi Djoerban mengatakan meski kasus baru terlihat turun, penularan di masyarakat tetap tinggi. Saat ini rasio kasus positif terhadap jumlah tes (positivity rate) di Indonesia masih mencapai 40% yang menunjukkan penularan masih sangat tinggi.
Padahal menurut standar WHO pengendalian kasus Covid-19 baru bisa dibilang berhasil jika positivity rate di bawah 5%. Zubairi mengatakan angka 10% saja menunjukkan penularan kasus sangat tinggi, sehingga dengan nasional mencapai 40% dan DKI Jakarta 25% maka masih dalam level yang berbahaya.
"Saat ini risiko penularan di masyarakat masih tinggi banget," ujar Zubairi kepada CNBC Indonesia, Senin (26/7/2021).
Untuk itu, IDI menyarankan agar semua perubahan kebijakan, termasuk pelonggaran PPKM, harus mengacu kepada data penularan Covid-19. Apalagi dengan tes yang tergolong rendah, dan ditemukannya banyak kasus positif Covid-19.
"Kalau ada sedikit kenaikan, apakah positivity rate atau meninggal, maka kebijakan harus diperketat," kata dia.
Meski testing rendah, Indonesia masih masuk dalam lima besar negara dengan penambahan kasus tertinggi. Dia mengatakan yang pertama masih Amerika Serikat dan Inggris, Indonesia bahkan sudah mengalahkan India untuk kasus baru.
"Kita pernah di ranking pertama jadi masih amat serius, itu masih berat dan berbahaya," ujarnya.
Selain penularan yang masih tinggi di masyarakat, kasus kematian di akibat Covid-19 di Indonesia pun juga tinggi. Apalagi saat ini banyak kasus meninggal terjadi pada saat isolasi mandiri (isoman). Pasien tersebut seharusnya tidak isoman, melainkan dirawat secara intensif di rumah sakit.
"Sebagian dari isoman, harusnya dirawat di RS. Untuk itu perlu lebih banyak tempat tidur buat mengawasi dan mengobati. Bisa dengan menambah bed RS darurat," ujarnya.
Menurutnya, bila penambahan tempat tidur tidak bisa dilakukan, maka sebaiknya dilakukan isoman secara terpusat sehingga ada pengawasan. Pada saat isoman terpusat bila dilakukan penanganan bila sakitnya memburuk.
"Jika saturasi turun bisa dibantu dengan oksigen, bisa dirujuk RS, dan lain-lain," ujarnya.
Selain itu, dia menyarankan agar semua orang yang menjalani isolasi di tempat yang terpusat seperti Wisma Atlet harus dirontgen walau tanpa gejala. Pasalnya sebagian orang tanpa gejala ada pneumonia, sehingga akan berbahaya dan fatal jika tanpa pengawasan.
Sebagai informasi, dalam beberapa terakhir Indonesia selalu memimpin kasus kematian akibat Covid-19 di seluruh dunia. Sepekan terakhir, rata-rata tambahan kasus kematian berada di kisaran 1.385 kasus. Sepekan terakhir tambahan kasus kematian tidak pernah berada di bawah 1.000 kasus.
[Gambas:Video CNBC]
Sedih! IDI Sebut 401 Dokter Meninggal Dunia karena Covid-19
(rah/rah)