
RI Perkirakan Bangun Pembangkit Nuklir Pasca 2035

Jakarta, CNBC Indonesia - RI sampai saat ini belum memanfaatkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) untuk memenuhi kebutuhan pasokan listrik. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memproyeksikan RI akan membangun PLTN setelah tahun 2035.
Hal tersebut disampaikan Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Chrisnawan Anditya.
"Beyond 2035, time frame-nya adalah bagaimana kita bisa mengembangkan energi nuklir," paparnya dalam Bincang-Bincang Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI), Jumat (23/07/2021).
Menurutnya, RI memiliki potensi dan sumber daya dalam pemanfaatan nuklir untuk kebutuhan pasokan listrik. Dia menyebut, berdasarkan laporan International Atomic Energy Agency (IAEA), dari 19 persyaratan membangun PLTN, tinggal tiga syarat lagi yang harus dipenuhi Indonesia.
"Kita memiliki potensi dan sumber daya. Dan berdasarkan laporan IAEA, dari 19 persyaratan, tinggal tiga persyaratan yang harus dipenuhi RI," jelasnya.
Sebelumnya, Direktur Utama PT PLN (Persero) Zulkifli Zaini mengatakan kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) akan turun signifikan pada 2040. Sebagai substitusi untuk menjaga keandalan listrik, maka diperkirakan PLTN akan beroperasi pada 2040.
"Pembangkit nuklir akan masuk pada tahun 2040 untuk menjaga keandalan sistem seiring perkembangan teknologi nuklir semakin aman," ujarnya.
Dia mengatakan, PLN akan keluar dari keseluruhan bisnis pembangkit berbasis batu bara ini pada 2056.
"Phase out seluruh pembangkit PLTU batu bara pada 2056, karena sudah tergantikan oleh energi baru terbarukan (EBT)," imbuhnya.
Zulkifli mengatakan pengembangan EBT secara besar-besaran akan dimulai pada 2028 dikarenakan kemajuan teknologi baterai yang semakin murah. Kemudian diperkirakan akan meningkat secara eksponensial mulai 2040.
"Dan pada 2045 porsi EBT sudah mendominasi total pembangkit. Dekade berikutnya, seluruh pembangkit listrik di Indonesia berasal dari EBT," tandasnya.
Pada 2060 produksi listrik diperkirakan mencapai 1.800 Tera Watt hour (TWh), melonjak dari saat ini baru 300 TWh. Ditambah ada 35 GW dari proyek PLTU baru yang akan beroperasi pada beberapa tahun mendatang, artinya ada tambahan produksi 120 TWh dari proyek PLTU. Dengan demikian, ada potensi 1.380 TWh untuk proyek pembangkit listrik energi baru terbarukan.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tak Harus Skala Besar, PLTN Bisa Dibangun Skala Ratusan MW