Drama Smelter Freeport, Dari Minta Penundaan Sampai Deal EPC
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Freeport Indonesia (PTFI) akhirnya menunjuk PT Chiyoda International Indonesia sebagai kontraktor kegiatan Engineering, Procurement, and Construction (EPC) untuk proyek Smelter Manyar, kawasan industri Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur.
Kemarin, Kamis (15/07/2021), PT Freeport Indonesia dan PT Chiyoda International Indonesia menandatangani kontrak EPC untuk pembangunan smelter baru berkapasitas pengolahan 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun dan pembangunan fasilitas Precious Metal Refinery (PMR). Freeport pun menargetkan pembangunan smelter ini bisa tuntas pada 2023.
Presiden Direktur PTFI Tony Wenas mengatakan, penandatanganan kontrak ini menegaskan komitmen Freeport untuk membangun smelter, sesuai dengan kesepakatan divestasi tahun 2018. Di tengah berbagai tantangan pandemi Covid-19 yang dialami Indonesia dan seluruh pihak yang terlibat dalam proyek ini.
"Kami terus melakukan penyesuaian agar kami dapat terus bekerja sambil tetap mengedepankan kesehatan dan keselamatan seluruh tenaga kerja serta masyarakat di sekitar area kerja," tuturnya, seperti dikutip dari keterangan resmi Freeport, Kamis (15/07/2021).
Direktur PT Chiyoda International Indonesia Naoto Tachibana juga menegaskan komitmennya untuk ikut berkontribusi bagi Indonesia melalui pembangunan Smelter Manyar.
Naoto berharap, pengalaman dan kepemimpinan Chiyoda sebagai salah satu perusahaan terkemuka di dunia akan membantu mewujudkan tujuan optimalisasi hilirisasi nasional.
"Penandatanganan kontrak ini menandai teguhnya komitmen PT Chiyoda International Indonesia untuk turut berkontribusi bagi bangsa dan negara Indonesia. Kami akan melakukan yang terbaik, memastikan proyek ini dapat kami selesaikan tepat waktu," tutur Naoto.
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ridwan Djamaluddin menyambut baik penandatanganan kontrak antara kedua belah pihak.
"Penandatanganan ini menjadi energi positif di tengah berbagai tantangan yang sedang Indonesia hadapi. Pemerintah melalui Kementerian ESDM mendorong akselerasi dari proyek ini, dan akan terus bekerja sama dengan PTFI untuk membantu memastikan pengerjaan proyek ini dapat diselesaikan tepat waktu," ujar Ridwan.
Meski Freeport enggan menyebutkan berapa nilai kontrak EPC ini, namun Direktur Utama MIND ID Orias Petrus Moedak sempat menuturkan bahwa perkiraan nilai investasi untuk pembangunan proyek smelter baru Freeport di Manyar, JIIPE, Gresik ini mencapai US$ 3 miliar.
Penunjukan kontraktor EPC ini bukanlah hal yang mulus, dalam perjalanannya banyak kendala dihadapi, mulai dari adanya pandemi sehingga Freeport minta penundaan pembangunan, bahkan sempat dikabarkan batal dan akan bekerja sama dengan perusahaan asal China yakni Tsingshan untuk membangun smelter tembaga di Weda Bay, Halmahera Tengah, Maluku Utara.
Pada Agustus 2020 lalu, progres pembangunan smelter Freeport ini baru mencapai 5,8%. Padahal, smelter ini ditargetkan beroperasi pada 2023 mendatang sesuai dengan kesepakatan saat divestasi pada 2018 lalu.
Jika smelter ini tidak rampung sesuai dengan target yang telah ditentukan, maka Freeport haram melakukan ekspor konsentrat. Hal ini juga tertuang dalam Undang-Undang No.3 tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (UU Minerba) di mana ekspor mineral yang belum dimurnikan seperti konsentrat hanya dibatasi tiga tahun sejak UU ini berlaku pada 10 Juni 2020. Artinya, setelah 10 Juni 2023, maka tidak boleh ada lagi ekspor konsentrat.
Mantan Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM Yunus Saefulhak sebelumnya mengatakan, pembangunan smelter Freeport ini bisa dilakukan sendiri oleh perusahaan atau mencari mitra, sehingga nanti ada pembagian kepemilikan modal di dalam smelter tersebut.
"Batas akhir untuk melakukan ekspor raw material itu di 2023. Jadi, mereka wajib selesai smelter barunya di 2023," tutur Yunus.
(wia)