Sistem Bea Cukai

Bea Cukai Error: Pengusaha Kena Getahnya, Rugi Triliunan?

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
14 July 2021 15:55
Sejumlah truk bongkar muat melintas di kawasan Tj Priok, Jakarta, Jumat, 11/6. Praktik pungutan liar (pungli) hingga saat ini masih merajalela di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Seperti pengakuan beberapa supir kepada Presiden Joko Widodo, Kamis (11/6/2021), saat kunjungan ke pelabuhan utama Indonesia ini kemarin.
Para pekerja kerah biru ini mengeluhkan, bukan terkait masalah beratnya pekerjaan yang digelutinya, melainkan aksi premanisme juga pungutan liar yang kerap terjadi. Dia berharap, pihak aparat bisa lebih memperketat pengamanan area pelabuhan. Selain itu, pihaknya juga berharap ada transparansi biaya pelabuhan untuk semua aktivitas.

Dari dialog yang dilakukan supir truk dengan Presiden Joko Widodo kemarin, praktik premanisme terjadi saat keadaan jalan sedang macet di mana preman naik ke atas truk, lalu menodongkan celurit kepada supir untuk dimintai uang.

Adapun pungli terjadi di sejumlah depo. Pengemudi truk dimintai uang Rp 5.000 - Rp 15.000 supaya bongkar muat bisa lebih dipercepat pengerjaannya. Jika tidak dibayar, maka pengerjaan bongkar muat akan diperlambat. Hal ini terjadi di Depo PT Greating Fortune Container dan PT Dwipa Kharisma Mitra Jakarta. 
Pantauan CNBC Indonesia dilapangan saat di kawasan JICT tampak jarang hampir tak terlihat himbauan banner stop pungli diarea tempat keluarnya truk.

Suasana dipinggir jalan kawasan Tj Priok arah Cilincing juga tak terlihat para kenek parkir di pinggir jalan semenjak ramenya kasus pungli.
Foto: Suasana Tanjung Priok, Jakarta Utara (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sistem layanan Customs-Excise Information System and Automation (CEISA) Direktorat Jenderal Bea Cukai Kementerian Keuangan bermasalah dalam beberapa waktu terakhir. Kalangan eksportir menyebut masalah sudah muncul sejak dua minggu lalu. Akibatnya, kerugian dari terhambatnya transaksi pun tidak terhindarkan.

"Kita belum hitung dari seluruh Indonesia tapi dari asumsi saya ada 15% (penurunan). Lumayan gede (nilainya) agregat ekspor kita sebulan, satu hari sudah berapa? Itu ekspor-impor, nggak cuma keluar, jadi keluar-masuk barang," kata Ketua Umum Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno kepada CNBC Indonesia, Rabu (14/7/21).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik sepanjang tahun 2020, nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 163,3 miliar atau Rp 2.363,35 triliun (kurs Rp 14.500/US$). Sementara impor mencapai US$ 141,6 miliar atau Rp 2.053,2 triliun. Benny belum menghitung secara detil jumlah kerugiannya, namun memberi gambaran.

"Data ekspor impor hitung saja dibagi 365, kan nggak ada liburnya. Sehari dapat berapa (transaksi menurun). Nilainya besar," sebut Benny.

Jika masalah sudah ada selama dua minggu atau 14 hari terakhir dan setiap harinya ada penurunan transaksi hingga 15%, maka kerugian pada ekspor mencapai Rp. 13,59 triliun, sementara kerugian dari impor diperkirakan mencapai Rp 11,813 triliun. 

Di sisi lain, Direktorat Jenderal Bea Cukai Kementerian Keuangan mengakui hingga saat ini sistem layanan CEISA belum bisa beroperasi. Direktur Kepabeanan Internasional dan Antar Lembaga Syarif Hidayat mengatakan saat ini proses perbaikan sistem masih berjalan dan belum diketahui kapan akan selesai.

"Saat ini Bea Cukai tengah bekerja keras menangani gangguan Sistem CEISA. Penanganan dilakukan terhadap pemulihan sistem dan juga penanganan di lapangan berupa penyediaan layanan secara manual bagi beberapa layanan yang masih terkendala secara sistem," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Rabu (14/7/2021).


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Eksportir Ngamuk Sistem Bea Cukai Error 2 Minggu

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular