
Begini Duduk Perkara Sampai RI Akhirnya Turun 'Kasta'!

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi Covid-19 yang membuat ekonomi terperosok membuat Indonesia harus turun peringkat dari negara berpendapatan menengah atas menjadi negara menengah bawah atau lower middle income.
Jika ingin menjadi naik kelas lagi, Indonesia disarankan untuk bisa melakukan reformasi, terutama di sektor industri.
Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Didin S Damanhuri mengungkapkan ada problem struktural mengapa Indonesia bisa menjadi turun kelas. Kata dia, karena Indonesia tidak secara konsisten melakukan industrialisasi.
"Indonesia hanya melakukan industrialisasi sejak awal 1980 sampai dengan 1990. Kesininya hilang perspektif industrialisasi. Tidak ada grand design, blueprint dan peta jalan," jelas Didin dalam webinar, Selasa (13/7/2021).
Oleh karena itu, menurut Didin Indonesia harus segera lakukan lagi reformasi industrialisasi. Pelaku industri di Indonesia harus merebut teknologi, inovasi dan entrepreneurship.
Pelaku bisnis di Indonesia, kata Didin saat ini juga jangan hanya terlibat aktif dalam persoalan politik. Hal itu terlihat dari struktur kebanyakan partai politik di Indonesia, yang anggotanya tidak jauh-jauh adalah seorang pengusaha atau pebisnis.
"Sehingga jadilah mereka oligarki bisnis, ekonomi, bahkan oligarki politik bagi yang join dengan politik. Ini yang menghalangi Indonesia akan sulit merebut teknologi dengan kapasitas inovasi dan entrepreneurship," ujarnya.
"Selalu event politik ini mengganggu neraca mereka, mengganggu keseriusan mereka untuk fokus industrialisasi, sehingga ya jalan di tempat. History of no change," kata Didin melanjutkan.
Persoalan itu, kata Didin sudah terjadi sejak lama dan tak pernah tau kapan akan bisa diakhiri, yang kondisi tersebut akhirnya menyebabkan adanya ketimpangan.
Pasalnya pebisnis kalangan atas yang terlibat dengan urusan politik punya potensi menjadi semakin kaya, sementara itu kelas bawah hanya akan semakin miskin.
Jika perilaku pebisnis Indonesia tidak berubah, maka jangan heran Indonesia akan selalu terjebak sebagai negara middle income trap.
"Kalau kondisi ini tidak diperbaiki, Indonesia akan selalu terjebak dalam middle income trap dan faktor kunci keberhasilan untuk keluar adalah industrialisasi," kata Didin menegaskan.
Padahal jika menengok jauh ke belakang, pada tahun 1970-an, Indonesia, Korea Selatan, dan Malaysia memiliki pendapatan per kapita yang hampir sama, berada pada kisaran US$ 70 per kapita.
Dua negara tersebut kini sudah melesat jauh meninggalkan Indonesia. Korsel telah masuk dalam hub negara kaya pada 1980-an. Dan income per kapitanya pada 2019 mencapai US$ 33.000. Kemudian turun tipis menjadi US$ 31.500 di 2020.
Sedangkan Malaysia dengan berbagai kebijakan dan strateginya berhasil mencapai income per kapita pada 2019 sebesar US$ 12.500. Juga turun tipis pada 2020 yakni di kisaran US$ 11.500.
Pada saat yang sama, Ekonom Indef Ahmad Heri Firdaus mengungkapkan, pada 1998 Indonesia juga sempat turun kelas menjadi negara berpenghasilan rendah atau low come, dari sebelumnya menjadi negara berpenghasilan menengah bawah.
Kemudian, Indonesia baru bisa naik kelas lagi di tahun 2004 menuju negara berpenghasilan menengah ke bawah.
"Sebenarnya, tahun 96-97 kita sudah masuk lower middle, tapi turun jadi lower income (berpenghasilan rendah) di 98. Jadi ternyata, kita turun level bukan hari ini aja," ungkap Ahmad Heri dalam kesempatan yang sama.
Selepas itu, sejak 2004 Indonesia butuh setidaknya 15 tahun untuk naik menjadi negara berpenghasilan menengah ke atas alias upper middle income di 2019. Sayangnya, baru mendapatkan predikat itu setahun, Indonesia kembali turun kelas.
"Indonesia belum jelas selama apa di zona middle income," ungkap Ahmad Heri.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lepas Dari Resesi, Ekonomi RI Sudah Kembali Kayak 2019?