Pengusaha Tambang Yakin Harga Batu Bara Masih Terus "Ngamuk"

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
09 July 2021 17:55
Pekerja melakukan bongkar muat batu bara di Terminal Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (23/2/2021). Pemerintah telah mengeluarkan peraturan turunan dari Undang-Undang No. 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Adapun salah satunya Peraturan Pemerintah yang diterbitkan yaitu Peraturan Pemerintah No.25 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral.  (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Batu Bara di Terminal Tanjung Priok. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah mengalami koreksi dalam dua hari terakhir, di perdagangan kemarin harga batu bara naik tajam. Kemarin, Kamis (08/07/2021) harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) tercatat US$ 134,1 per ton, melonjak 2,96% dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Kenaikan harga batu bara yang hampir mencapai 3% ini diperkirakan oleh pengusaha batu bara masih akan melanjutkan tren penguatan.

Hal tersebut disampaikan oleh Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Indonesia (Indonesia Mining Association/IMA) Djoko Widajatno Soewanto.

Dalam wawancara bersama CNBC Indonesia, Jumat (09/07/2021), dia memperkirakan harga batu bara masih akan melesat hingga beberapa waktu ke depan. Hal ini dikarenakan dunia masih butuh energi yang murah di mana batu bara sampai saat ini masih menjadi energi yang murah.

"Kemungkinan akan melesat lagi karena dunia masih butuh energi murah. Jadi China, India, dan Asia Timur, Jepang juga inginkan energi murah," ujarnya.

Energi yang berasal dari batu bara jika dibandingkan dengan energi lain terhitung masih lebih murah. Menurutnya ini adalah kesempatan bagus untuk menaikkan pendapatan negara dari batu bara.

"Energi lain, kita masih lebih murah, ini kesempatan kita melihat pasar, bagus menaikkan pendapatan negara," jelasnya.

Lebih lanjut dia memproyeksikan tahun ini harga batu bara masih akan naik di kisaran 3% lagi. Karena harga minyak saat ini tengah mengalami tren penurunan.

"Batu bara masih lebih murah dari minyak, sehingga kesempatan naik masih ada," jelasnya.

Menurutnya, kenaikan harga batu bara yang sangat kuat ini sebelumnya tidak terprediksikan, terutama di tengah sentimen negatif internasional pada batu bara. Akan tetapi, kebutuhan batu bara yang meningkat di beberapa negara seperti Amerika dan China membuat harganya naik.

"Di China dimulai dengan hujan berlebihan sehingga perlu menambah produksi dari impor Indonesia. Kebetulan (suplai batu bara) Australia juga belum diizinkan," ungkapnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Menarik! Izin Eksplorasi & Produksi Tambang Bakal Jadi Satu

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular