Kosong Lebih dari 20%, Perkantoran di DKI Makin Sekarat

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
08 July 2021 19:28
Suasana pemandangan gedung perkantoran ibukota pagi hari di kawasan Senayan, Jakarta, Rabu (7/8). Dua hari usai listrik sepenuhnya pulih, Jakarta kembali ke jajaran atas kota dengan kadar polusi udara tertinggi dunia. Berdasarkan situs pemantau kualitas udara AirVisual.com yang dipantau pukul 08.49 WIB, Jakarta menduduki peringkat kedua atau berada di atas Hanoi, Vietnam. Skor Air Quality Index (AQI) Jakarta mencapai 154 atau berkategori unhealthyalias tak sehat, dengan PM 2,5 senilai 60.8 µg/m³. Sedangkan Hanoi memiliki skor 161. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Jakarta (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bisnis sewa perkantoran kian tertekan setelah pemerintah menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat. Sektor perkantoran di DKI Jakarta termasuk yang kena imbas parah.

Perpanjangan tren bekerja dari rumah (WFH) juga ikut memukul sektor ini. Bahkan jika menarik mundur ke belakang, sektor sewa perkantoran sudah terpukul sebelum adanya pandemi Covid-19, kini tekanan kian menjadi-jadi.

"Adanya Covid-19 dan terpaksa orang kerja dari rumah membuat terpaksa perkantoran makin tertekan. Permintaan hunian, suplai banyak dan permintaan kantor nggak sesuai apa yang diharapkan dari rental tingkat hunian dan juga pertumbuhan ekonomi yang makin berat membuat pasar perkantoran hadapi kondisi yang sangat tertekan," kata Senior Director Office Services Colliers Indonesia, Bagus Adikusumo dalam Profit, CNBC Indonesia (Kamis, 08/07/2021).

Tingkat hunian perkantoran di DKI Jakarta juga sudah mulai menurun rata-rata sudah di bawah 80%. Perlambatan sudah terjadi sejak tahun 2019 lalu, namun puncaknya berada pada akhir tahun 2020 hingga awal 2021 terjadi penurunan yang signifikan.

"Sekarang mengarah ke di bawah 80% kurang lebih 79% dan di akhir 2021 kita perkirakan nggak akan bisa membaik tingkat hunian karena properti tergantung pertumbuhan ekonomi," sebut Bagus.

Menurunnya pertumbuhan ekonomi sebabkan pasar properti tertekan, tingkat rental juga udah keliatan melandai. Perpindahan kantor dengn situasi ini berisiko tinggi, cara untuk menarik pendatang baru juga tidak mudah.

Pemilik gedung tidak bisa mengambil tindakan kecuali memberi penawaran yang sebaik mungkin sampai tenant bisa mengisi perkantoran sampai ke level setinggi mungkin

"Bisnis perkantoran kalau tingkat hunian di bawah 60% cost maintenance mesti dikeluarkan pemilik gedung, kalau mencapai 70% baru bisa cover 100% operational cost," jelasnya.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 'Perkantoran Hantu' Makin Bermunculan, Bisnis Masih Berat!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular