Perkantoran DKI Kini Susah Laku, Penyewa Tega Nawar

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
06 October 2022 20:10
Suasana pemandangan gedung perkantoran ibukota pagi hari di kawasan Senayan, Jakarta, Rabu (7/8). Dua hari usai listrik sepenuhnya pulih, Jakarta kembali ke jajaran atas kota dengan kadar polusi udara tertinggi dunia. Berdasarkan situs pemantau kualitas udara AirVisual.com yang dipantau pukul 08.49 WIB, Jakarta menduduki peringkat kedua atau berada di atas Hanoi, Vietnam. Skor Air Quality Index (AQI) Jakarta mencapai 154 atau berkategori unhealthyalias tak sehat, dengan PM 2,5 senilai 60.8 µg/m³. Sedangkan Hanoi memiliki skor 161. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Jakarta (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pengelola gedung perkantoran harus memutar otak agar ruang kantor ada penyewa. Pasalnya, minat ruang sewa perkantoran berkurang setelah masa pandemi Covid-19. Imbasnya harga sewa gedung perkantoran pun anjlok. Hal ini terlihat dari data Colliers dimana harga apartemen konstan menurun.

"Harga perkantoran di CBD Rp 234.000/m2, ini harga penawaran, nanti akan ada negosiasi, dilihat besarnya tenant dan seberapa signifikan brand tenant itu jadi ngaruh ke negosiasi. Sementara luar CBD di Rp 176.000/m2, tapi kenyataan di lapangan masih jauh lebih rendah dari yang kita lihat, karena harga sewa transaksi case by case," kata Senior Associate Director Colliers International Indonesia Ferry Salanto.

Dengan kondisi tenant market seperti ini, pemilik gedung masih harus adaptif dan fleksibel, artinya masih harus memikirkan kira-kira bagaimana strategi agar gedung tetap terjaga tingkat keterisiannya

"Bagi gedung yang awal beroperasi dan okupansi masih sangat rendah, dia harus sesuaikan kebutuhan yang sekarang, jika gedung masih kosong dia harus lebih menawarkan ke rental yang sangat menarik, sehingga nantinya bisa berhitung operating cost bisa nutup dan lebih ketat lagi memberi penawaran angka sewa," ujar Ferry.

Persaingan antara perkantoran pun kian ketat karena masalah utamanya pada berlebihnya pasokan di pasaran. Di sisi lain, hybrid working mungkin berlanjut, artinya kombinasi WFH dan WFO masih akan berlaku dalam beberapa waktu ke depan karena sebagian besar penyewa udah terlanjur mengurangi luas kantor, jadi siklus untuk balik ke normal masih memerlukan waktu.

"2023 masih ada tantangan besar karena ketika buat proyeksi 2023 kita pikir saatnya sektor office membaik, tapi adanya prediksi 2023 efek global, resesi dan memengaruhi ekonomi di dalam negeri, jadi kita nggak bisa terlalu bullish untuk perkirakan office akan segera pulih dan recover di 2023," ujar Ferry.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perkantoran di Surabaya Masih Lesu, Gedung Baru Malah Tambah!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular