
RI Perlu Belajar dari China & India Garap Energi Terbarukan

Jakarta, CNBC Indonesia - RI dinilai perlu belajar dari China dan India dalam mengembangkan Energi Baru Terbarukan (EBT). Hal tersebut disampaikan oleh Pakar Energi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Pekik Argo Dahono dalam diskusi daring, Rabu (07/07/2021).
Dia mengatakan, kontribusi EBT di Indonesia masih sangat rendah, berbeda dengan India dan China yang jauh lebih maju. Selain itu, kedua negara ini tidak menggunakan sistem penyimpanan energi atau energy storage system (ESS) yang besar meski EBT yang digunakan masif.
"Di dunia ini, yang pakai energy storage besar adalah Australia dan Amerika," ujarnya.
Begitu pun dengan negara-negara di Eropa. Dia menjelaskan, negara-negara di Eropa seperti Denmark dan Portugal juga besar pengembangan energi baru terbarukannya. Pasalnya, ini didukung oleh sistem kelistrikan yang sudah tersambung semuanya, sehingga mereka bisa saling berbagi sumber daya yang ada. Masalah intermitensi (berjeda) pada energi baru terbarukan pun bisa diatasi tanpa harus adanya sistem penyimpanan energi (ESS) atau baterai yang besar.
Kondisi serupa menurutnya juga terjadi di China dan India. China pun lebih memprioritaskan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) karena produksi listriknya bisa lebih stabil bila dibandingkan dengan sumber energi terbarukan lainnya seperti matahari atau angin.
"Itu sebabnya, saya minta digenjot awal adalah PLTA dan panas bumi, karena dia bisa mengatasi fluktuasi energi angin dan matahari," tuturnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, saat ini sumber EBT paling murah adalah matahari. Lalu, sumber energi terbarukan yang ongkosnya di atas batu bara adalah angin.
"Walaupun itu belum menghitung cost yang dipakai untuk mengatasi fluktuasinya," ujarnya.
Meski demikian, dia juga bersepakat jika pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sangat penting untuk tetap dipertahankan.
"Saya setuju bahwa concern pada solar power itu sangat penting untuk dipertahankan," ucapnya.
Indonesia punya potensi EBT mencapai 417,8 Giga Watt (GW) yang terdiri dari potensi panas bumi, hidro, surya, bayu, bioenergi dan samudra. Dari semua potensi EBT ini, mayoritas berasal dari surya sekitar 50%.
Namun sayangnya pemanfaatan EBT baru sekitar 10,4 GW atau mencapai 2,5% dari total cadangan. Bauran EBT juga baru mencapai 11,2%.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Yakin Bye Batu Bara? Listrik EBT Cuma Nambah Secuil di 2023